40

398 5 1
                                    

"Lea!" Tediak Dylan, pria itu mengejar Yona yang akan naik pesawatnya.

Yona berbalik dan tersenyum. "Wih, dateng juga. Nggak nangis lagi?" Ucapnya meledek.

"Kenapa harus pergi sih? Kenapa nggak bisa stay disini aja?"

"Lupain lo itu butuh waktu Lan, dan kalo kita terus ketemu kayak gini kayaknya nggak akan ada waktu untuk orang baru masuk ke dalam hidup gue." Ucap Yona.

"Lo beneran mau lupain gue?"

"Seseorang yang nggak bisa bersama, pasti lambat lalu akan terlupakan juga kan? Hati kita juga tau, mana yang akan selamanya dan yang hanya akan tertinggal kenangannya."

Adylan memeluk tubuh Yona erat. "See u, Lea. I will miss you."

Melepaskan dekapan. "No. Harusnya selamat tinggal, Lea. Gue nggak akan muncul dalam hidup lo lagi. Maaf, dan terimakasih atas segalanya."

Yona beranjak pergi dari tempat Adylan saat ini berdiri. Tidak ada yang mengantarkannya, karena ia juga akan memberi tahu teman-temannya lewat chat saja bahwa dirinya akan pergi.

"Goodbye, Jakarta."

***

Hari ini kota Jakarta begitu panas. Jika terhitung, mungkin sekarang sudah 8 tahun berlalu sejak kepergian Ian. Semuanya sudah berubah, bahkan pikiran seseorang juga.

"Hari ini, gue daftar sidang. Harusnya lulus sih, oke semangat Dara!!"

Teriak gadis itu saat keluar dari mobil pribadi miliknya. Dara sudah melupakan Ian? Tidak, Dara hanya berusaha menyembunyikan nya. Walaupun sudah banyak yang ia lalui selama Ian tak ada disisinya, tetapi jika bisa diminta ia tetap ingin Ian.

"Kak Yohan!!!"

Berbeda dengan Alma dan Yohan, keduanya tiba-tiba saja bersama. Mengapa? Aku juga tidak tahu, haha. Yohan sudah bekerja di perusahaan Papanya, tetap kuliah juga tapi. Jujur saja, lulus tidak semudah itu. Yohan Said.

"Makan apa hari ini? Seafood?" Alma menggandeng lengan besar Yohan. Dan Yohan hanya tersenyum lebar.

Keduanya berjalan menuju mobil. Layaknya laki-laki gentleman, Yohan membukakan pintu untuk Alma. Dan gadis itu tersenyum, setelah selesai Yohan kembali pada kursi kemudinya yang kemudian melajukan mobil hitam miliknya itu.

Kalau bertanya tentang Agam dan Andra, sepertinya kedua pria itu menjalankan bisnis bersama. Namun, karena keduanya adalah bos mereka jadi lebih sering berkunjung ke markas Orion geng yang padahal sekarang sudah tidak beroperasi lagi.

"Kalo ketempat ini, rasanya kayak banyak banget canda tawa ya Gam." Ucap Andra menghela napas berat, kemudian tersenyum.

"Yang gue liat cuman Ian, Ndra. Kira-kira dia lagi ngapain ya disana? Pasti bahagia kan ya?" Ucap Agam, dirinya menatap langit.

"Pasti lah. Ian itu orang baik ya kan?"

Andra menepuk pundak temannya, dan Agam hanya tersenyum lebar menanggapinya. Berat sekali ditinggal sahabatnya seperti ini, benar hidup memang akan terus berjalan walaupun kita merasa hampa.

"Saya tidak setuju jika kita harus merayakannya dengan besar-besaran. Saya hanya ingin, pesta ini sederhana namun terlihat berkelas."

Kalo ini Dylan, bedak Janshen nya Lea yang sekarang sudah memimpin perusahaan diusia yang terbilang sangat muda. Adylan terkenal dan bahkan wajahnya hampir ada dimana-mana.

ANTARIKSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang