Sebelum kecelakaan Ian [flashback on]
Ian mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Entahlah, pikirannya kacau sudah. Pikirannya kosong, dan lagi Ian menancap gas sampai 120 km/jam.
Ian tenang-tenang saja karena memang ini jalur searah dan jalanannya sedang sepi. Namun, prediksi nya salah. Tiba-tiba, mobil hitam muncul dari arah berlawanan Ian terkejut dan mengarahkan stirnya agar tidak menabrak mobil tersebut.
Kehilangan keseimbangannya, Ian menabrak pembatas jalananan kepalanya membentur aspal lumayan keras. Darah segar keluar dari sana, sementara mobil hitam itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Ian terkapar tak berdaya.
Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, Ian merogoh saku celananya ia keluarkan benda pipih persegi panjang itu dengan tangannya yang penuh darah.
Sial, Ian lupa kalau nomornya telah diblokir oleh Dara. Pria itu dengan cepat, beralih dari Chat WhatsApp menuju Instagram. Kemudian, Ian merekam suaranya yang patah-patah.
Meski begitu, Ian tetap ingin menyampaikan sesuatu pada Dara. Entah apakah dirinya akan selamat atau tidak sekarang, setidaknya Dara harus tahu bahwa Ian, hanya akan mencintainya.
"Raa.. Ini aku, Aksa. Antariksa nya, Dara."
"Ra, kalo aku minta, kita untuk tetep sama-sama itu berlebihan ya?" Terkekeh.
"Maaf, aku minta maaf. Aku akan terus mencintai kamu selamanya, Ra."
Tepat pada kalimat terakhirnya, Ian pingsan dengan keadaan sudah mengirimkan voice note itu pada Dara. Berharap, bahwa jika dirinya tiada Dara akan baik-baik saja.
Sekitar 10 menit berlalu, sebuah motor matic berwarna merah-hitam itu lewat dan melihat sosok Ian yang sudah terlihat lemah namun masih bernapas.
Dengan cepat, pria itu menelpon ambulans dan barulah Ian dibawa ke rumah sakit.
***
Dara masih terisak di kamarnya. Sedari tadi, Mamanya mengetuk pintu kamar anak bungsunya itu. Tetapi tidak ada jawaban.
Sebuah notif muncul, mengalihkan atensi Dara yang hanya melihatnya sekilas. Itu DM dari Ian, dengan cepat Dara melihatnya.
Saat mendengar suara Ian, hatinya mencelos. Seakan, tuhan sedang benar-benar mempermainkan kehidupannya. Dara langsung membuka pintu kamarnya dengan kasar.
Tidak tahu Ian dimana, hanya saja pasti instingnya bisa menemukan pria itu. Dara menuruni anak tangga dengan cepat, tepat saat tiba pada pintu utama Papanya menghadang gadis itu.
"Mau kemana? Nggak lihat sekarang sudah jam 12 malam?" Tanyanya datar.
"Ian, aku harus ketemu Ian!" Teriak Dara, benar-benar kehilangan pikirannya.
"Papa tidak ijinkan."
"Dara nggak peduli. Dara akan tetap bertemu Ian, minggir! Teriaknya.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat pada pipi Dara. Gadis itu terkejut, begitu juga Mama dan bibinya. Sakit, perih, tapi itu tidak sebanding dengan sayatan yang ada dihatinya.
Dara menatap nyalang ke arah pria itu. "Papa udah gila."
Pria itu menatap datar, kemudian menarik kasar Dara untuk kembali ke kamarnya. Ia mengunci pintu kamar putrinya, dan tidak membiarkan siapapun membukakannya.
"Besok, kita akan pergi ke Perancis." Ujar Papa Dara, tegas.
Dara melemparkan barang-barangnya asal. Sampai layar handphonenya pecah, dikarenakan vas yang menghantamnya dengan keras.
Gadis itu amat sangat frustasi akan semuanya. Gila, Papanya sudah benar-benar hilang akal. Bukankah itu terlalu berlebihan? Dara hanya ingin bahagia.
"Aksa, maafin aku.."
***
[flashback off]
"Bu, mau saya antar untuk pulang terlebih dahulu? Saya membawa mobil, jadi bisa sekalian untuk membawa baju-baju Ian." Ujar Adylan, dirinya masih terduduk disamping Yona yang masih tertidur dibahunya.
"Apakah tidak merepotkan nak Dylan?" Tanya Ibu, yang sudah mengenal Dylan sejak lama.
"Tidak sama sekali bu, ya sudah mari saya antar." Ucap Adylan pria itu mengubah posisi, dan membopong tubuh Yona menuju mobil bersama Ibu juga Lia.
"Yona mau lo bawa kemana?" Tanya Yohan, menghentikan pergerakan Adylan.
"Kasian kalo gue tinggal, jadi gue bawa aja. Nanti abis nganterin Ibunya Ian terus gue kesini lagi, baru gue anter dia pulang."
"Oke, hati-hati."
Setelah kurang lebih 30 menitan, mereka sampai pada rumah Ian. Semuanya turun kecuali Yona, gadis itu masih tertidur.Ibu dan Lia langsung mengemasi pakaian Ian yang dibutuhkan. Juga memasak untuk orang-orang yang berada di sana.
"Udah semua bu?" Tanya Adylan, pria itu membantu Ibu Ian mengemasi pakaian yang perlu dibawa juga beberapa makanan.
"Sudah, nak. Lia, kamu berangkat ke sekolah menggunakan ojek online saja ya? Abang pasti baik-baik saja, ibu juga akan langsung menelpon jika abang sudah sadar." Ujar Ibu, yang diangguki oleh Lia.
Adylan membukakan pintu mobil Yona, ibu duduk di kursi belakang. Sementara Yona, tertidur di kursi depan sebelah Adylan.
"Nghh.." Gadis itu menggeliat, meregangkan otot tubuhnya yang terasa mati rasa karena sudah tertidur cukup lama. Sekarang sudah sekitar jam 6 pagi.
"Loh?" Yona mengerjapkan matanya berkali-kali, bagaimana ia bisa tiba-tiba tertidur di mobil?
"Lo angkat gue kesini?" Tanya Yona, tak percaya.
"Udah bangun? Oh itu, gue seret Le." Jawab Adylan terkekeh kecil, pria itu dihadiahkan cubitan pelan dari Yona.
Yona masih belum menyadari kehadiran Ibu Ian yang hanya tersenyum tipis dibelakang melihat tingkah kedua remaja didepannya ini.
Ting!
Sebuah pesan masuk dari ponsel Yona. Gadis itu merogoh saku jaketnya, melihat notifikasi di layar ponsel miliknya. Sebuah pesan dari Papanya, bahwa 4 jam lagi dirinya akan berangkat ke New York, Amerika.
Yona terdiam sejenak, dirinya masih terkejut mengapa secepat itu Papanya memesankan tiket pesawat yang baru saja Yona minta kemarin malam?
"Lan, aku mau soto deh. Kita ke Bandung yuk?"
tbc.
jangan lupa mampir sc yak! trmksh, yang masih setia baca cerita ini ;)
okay, see you on the next part!!🐙💗

KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARIKSA [END]
عاطفية⚠️YANG MAU PLAGIAT JAUH-JAUH AJE SONOH⚠️ ⚠️BACA SELAGI ON GOING⚠️ . . . "Nama aku aja yang jauh, kamu jangan." - Antariksa. "Kita udah terlanjur jauh, Aksa." - Aldara. Cerita ini sebagian kisah nyata 2 remaja yang tidak di restui orang tua nya yai...