"Kakak suka musik?" Dara tersenyum senang.
Ian membawa gadis itu melihat band kecil-kecil an yang mungkin bisa disebut pengamen? Hanya saja mereka memang selalu berada di tempat itu dan tidak berkeliling.
Biasanya ada 3 lagu yang mereka bawakan. Dan istirahat pada saat adzan Maghrib, setelah itu mereka akan melanjutkan nyanyiannya lagi.
Banyak yang melihat, juga memberikan uang pada kaleng yang disediakan. Tidak diragukan memang, suara vokalis band tersebut sangat merdu. Membuat semua yang mendengarnya benar-benar merasa terhanyut dalam alunan musik.
"Nggak juga sih, tapi kalo lagi banyak masalah biasanya aku kesini aku nyender di pohon besar itu. Dan ya, aku lega." Ucapnya menunjuk ke arah pohon besar yang terletak tidak jauh dari sana.
"Oh ya? Hm, pasti enak kalo aku juga bisa gitu." Dara menatap pohon itu dengan sedih.
"Kalo kamu mau kesini, aku bisa anterin kok." Ian mengelus rambut gadis itu dengan lembut.
"Serius? Asik!" Dara tertawa senang seperti anak kecil.
Dara juga Ian menikmati lagu itu dengan sepenuh hati, merasakan udara sejuk yang mulai menyelimuti tubuh keduanya.
Ian benar, terasa begitu tenang saat mendengar suara daun yang bergoyang disertai lagu juga suasana sore hari yang indah.
"Tunggu disini sebentar," Ian pergi begitu saja.
Dara mengernyitkan dahinya bingung. Tapi ia tetap percaya bahwa Ian tidak akan meninggalkannya. Gadis itu kembali menikmati lagu tersebut.
"Pak, es krim rasa cokelat sama vanila nya satu." Ujar Ian menghampiri penjual es krim keliling.
"Sebentar ya mas," Pria itu tersenyum pada Ian.
Pria itu sudah sering melihat Ian membeli es krim nya. Ya tentu karena Ian sering kemari, alhasil pria itu bahkan sering mencari keberadaan Ian jika tidak melihatnya.
"Udah lama ya mas ga kesini," Pria itu memberikan es krim tersebut.
"Iya pak, yaudah saya duluan ya." Ian menganggukkan kepalanya.
Ian mengajak Dara ke arah pohon besar yang ia tunjuk. Dara mengangguk, mengikuti langkah Ian yang berada disampingnya. Gadis itu senang, seharian bersama pria yang dicintainya.
"Kamu suka rasa apa?" Tanya Ian.
"Cokelat." Dara tersenyum, dan Ian langsung memberikan es krim rasa cokelat itu pada Dara.
Dara menyenderkan kepalanya pada bahu Ian. Tenang rasanya bersama pria itu. Dara bisa melakukan apapun yang selama ini ia inginkan.
"Ra, kamu itu nggak spesial loh."
"Kok gitu?"
"Ya soalnya bukan martabak."
"Ih, basi tau ga?"
"Haha, tapi gapapa. Seenggaknya kamu bisa milikin Antariksa. Keren kan?"
"Antariksa nya nyebelin."
"Nggak papa, yang penting sayang Aldara."
"Tapi Aldara nya nggak suka tuh sama Antariksa."
"Loh kok gitu?! Oh, pasti gini. Iya nggak suka, tapi cinta kan? Udah tau modus gituan mah."
"Beneran nggak suka."
"Aku aduin ke bumi loh ya kalo salah satu penghuni nya nyebelin."
"Biarin, kan aku bisa tinggal di Antariksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARIKSA [END]
Romance⚠️YANG MAU PLAGIAT JAUH-JAUH AJE SONOH⚠️ ⚠️BACA SELAGI ON GOING⚠️ . . . "Nama aku aja yang jauh, kamu jangan." - Antariksa. "Kita udah terlanjur jauh, Aksa." - Aldara. Cerita ini sebagian kisah nyata 2 remaja yang tidak di restui orang tua nya yai...