19

338 17 1
                                    

Ian mengantarkan Dara ke rumahnya. Setelah adegan lambai-lambaian tangan yang terjadi sekitar 10 menit, Ian berniat kembali ke rumah sakit.

"Tunggu." Seseorang menghentikan pergerakannya, itu Ayah Dara.

Ian memarkirkan motornya lagi, dengan cepat pria itu menuruni motornya dan berjalan mendekat ke arah Ayah Dara yang baru saja memanggilnya.

"Saya om?" Tanya Ian ramah.

"Jangan dekati putri saya lagi."

Napasnya tercekat kala mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Ayah Dara. Ian sudah menduga hal ini, tapi mengapa rasanya tetap se menyakitkan itu?

"Maksud om?" Ian berpura-pura tidak mengetahuinya.

"Kamu pikir saya tidak tahu selama ini, jika kalian memiliki hubungan spesial? Putuskan hubungan dengan putri saya." Kalimatnya, sengaja ia tekankan.

Ian terdiam sejenak. "Jika saya menolak?" Tanya pria itu ragu.

"Siapa bilang kamu boleh menolak? Atau, kamu ingin saya hancurkan keluarga kecil mu itu?" Ucap Ayah Dara, meremehkan.

"Menghancurkan hidup seseorang semudah itu ya." Ian tersenyum kecut. "Maaf, tapi saya harus pamit. Putra anda, saya mempercayakannya pada anda. Terimakasih," Ian beranjak pergi.

"Tidak usah mengurusi keluarga saya lagi!" Teriak Ayah Dara tegas.

Ian hanya memikirkan Dara saat ini, dirinya beranjak menaiki motornya lagi. Menjalakan motor tersebut, menuju Waryun. Tempat tongkrongan anak-anak Orion gang.

"Ra, maafin aku ya." Gumamnya sebelum pergi jauh dari sana.

***

Adylan menunggu Farah di cafe tempat mereka biasanya kencan. Jujur, setelah kejadian putus dengan Naya membuat Adylan tidak tega jika harus mengakhiri hubungannya lagi.

Tapi jika dia terus mempertahankan gadis yang sama sekali tidak ia cintai disampingnya, bukankah itu hanya akan menyakitkan untuk Farah? Lagipula, Adylan ingin hanya satu-satunya untuk Lea.

Adylan edisi tobat.

"Perasaan aku langsung kesini begitu kamu chat aku deh, Lan. Aku telat banget?" Tanya Farah, duduk di kursi yang tepat berada di hadapan Dylan.

"Aku chat kamu pas udah sampe sini. Sengaja biar kamu nggak usah nunggu kelamaan." Jawab Dylan, mendapat anggukan pelan dari Farah.

"Aku juga udah pesenin makan sama minuman yang biasa kamu pesen." Lanjut Dylan, membuat Farah mengangguk lagi.

Tersenyum lebar. "Aneh kamu jadi perhatian gitu sama aku."

"Karena ini hari terakhir kamu jadi pacar aku. Besok nggak akan lagi. Nggak akan ada aku yang dateng 30 menit setelah kamu chat buat ketemu di cafe ini. Nggak ada aku yang selalu selingkuh terang-terangan di depan kamu, nggak akan ada aku yang lupa sama hari jadian kita lagi. Nggak akan ada aku, si cowok brengsek ini dalam hidup kamu lagi. Maaf dan makasih atas semuanya Farah." Jelas Adylan panjang lebar.

"Kamu lupa lagi, aku pikir kamu ngajakin ketemu karena inget. Ini hari jadian kita yang ke 7 bulan, Dylan." Adylan terkejut bukan main, rasanya ia teramat berdosa pada gadis ini.

"Tapi nggak papa, kamu bener-bener jadi cowok yang aku mau banget hari ini. Buat hari ini aja, cuman hari ini aku mau kamu habisin waktu kamu buat aku. Bisa kan?" Lanjut Farah.

ANTARIKSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang