Dara menaiki mobilnya yang dikendarai oleh supir pribadi Papanya. Gadis itu menelpon nomor Ian dari handphone Tama, namun tidak diangkat.
"Gue harus telpon siapa? Kalo kak Dylan gue nggak hafal nomor nya. Agam, nggak juga. Oh iya, Yona aja."
Dengan cepat Dara mengetikkan nomor telepon Yona dan langsung menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Halo?"
Muncul suara Yona dari seberang panggilan, yang membuat Dara sedikit lega.
"Na, ini gue. Boleh minta tolong tanyain ke Kak Dylan nggak ya apa Aksa baik-baik aja?" Tanya Dara, tanpa berbasa-basi.
"Alhamdulilah, gue kira lo kenapa-kenapa. Oh iya, Kak Ian semalem kecelakaan kondisinya sih gapapa kata Dylan. Cuman belum sadar sampe sekarang."
"Oke Na, makasih ya. Gue juga mau kesana sekarang." Ucap Dara.
"Oke, oh iya nanti abis dari Kak Ian lo bisa ketemu gue sebentar? Gue harus pamitan."
"Pamit? Lo mau kemana?"
"New York, hehe. Bisa kan ya?"
"Bisa, gue juga harus pamitan sih. Yaudah lanjut nanti aja, bye Na." Teleponnya Dara matikan, gadis itu kembali fokus pada jalanan yang akan mengantarkannya ke tempat Ian berada.
***
Ian membuka matanya perlahan. Melihat ke sekeliling ruangan yang sepertinya adalah kamar rawat rumah sakit. Pria itu memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit.
"Pak.." Lirih Ian, membuat atensi pria yang sedang menyarap itu langsung menuju ke arahnya.
"Ian? Kamu sudah sadar, nak?" Tanya Bapa, ibu mengekori dibelakangnya.
Ian mengangguk lemah. "Kenapa aku di rumah sakit Pak?" Tanya nya.
"Kamu tidak ingat apa-apa?"
"Kepala Ian sakit, pusing juga." Ucapnya.
Bapa menunduk dalam, ia teringat lagi pada perkataan Dokter yang menangani operasi Ian. Jujur, Bapa tidak sanggup untuk kehilangan anak sulungnya.
"Itu efek saat kamu kecelakaan semalam, perlahan akan membaik jadi tenang saja ya." Ucap Bapa, tersenyum lebar.
Ian mengangguk lagi. Pria itu berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, tapi rasanya sulit.
Saat itu, seseorang membuka pintu dengan paksa. Bapa, Ibu juga Ian langsung menoleh secara bersamaan. Seorang gadis cantik, yang terlihat sangat panik.
"Aksa!" Teriak Dara.
"Ra?"
Dara meneteskan air matanya lagi. "Maafin aku, Sa. Gara-gara aku kamu jadi kayak gini." Ucapnya memeluk tubuh Ian.
Ian mengelus punggung gadis itu lembut. Ibu dan bapak yang sepertinya mengerti, meninggalkan keduanya dan memilih keluar.
"Kamu nggak salah apapun, Ra. Stop salahin diri kamu sendiri, ya?" Ucap Ian tersenyum.
Melepaskan pelukannya. "Aku salah, semuanya salah aku."
"Duduk gih disitu, jangan berdiri terus nanti kakimu sakit." Ian menunjuk kursi, yang berada tidak jauh darinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/287204800-288-k766198.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARIKSA [END]
Romance⚠️YANG MAU PLAGIAT JAUH-JAUH AJE SONOH⚠️ ⚠️BACA SELAGI ON GOING⚠️ . . . "Nama aku aja yang jauh, kamu jangan." - Antariksa. "Kita udah terlanjur jauh, Aksa." - Aldara. Cerita ini sebagian kisah nyata 2 remaja yang tidak di restui orang tua nya yai...