4

755 25 0
                                    

Dara tersenyum mengingat perlakuan Kak Ian terhadapnya. Entah apa yang ia mimpikan malam tadi, sepertinya hari ini begitu baik untuknya.

"Ra! Cie, ada apa nih?"

Yona memasuki kelas dengan gelagat songongnya. Dara yang melihat gadis itu, langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi datar.

"Heh, kan nama Kak Ian itu Antariksa kan?" Tanya nya duduk tepat disamping Dara.

"Iya, kenapa?" Ujarnya menoleh kepada Yona.

"Kenapa lo nggak panggil dia Aksa aja? Ya, biar beda dari yang lain."

"Kayak lo ke Kak Dylan gitu?" Dara mulai menggoda gadis itu.

"Anjir, bukan lah. Itu mah emang nama dia kan mirip bedak. Ya ga penting, intinya lo harus beda gitu dari orang lain. Biar kak Ian tertarik sama lo." Yona memberi tahu trik nya untuk mendapatkan pria.

Sebenarnya, Yona itu sering sekali dekat dengan pria hanya saja dia tidak suka menjalin komitmen. Agak aneh sebenarnya, karena biasanya cowok yang seperti itu. Tapi Yona juga punya alasan tersendiri untuk hal itu.

Dara mengangguk-angguk kecil. Ia berpikir sejenak, tapi apakah boleh memanggil seperti itu pada Kak Ian? Dia ingin, tapi gengsi. Bagaimana cara mengatakannya? Jika Kak Ian marah bagaimana? Dara selalu berpikir hal-hal yang tidak seharusnya ia pikirkan.

"Tapi, dia udah tertarik kok sama gue." Ucap Dara malu-malu.

"Loh? Jangan bilang lo udah jadian?" Yona membulatkan matanya terkejut.

"Ya bisa dibilang gitu," Dara tersenyum mengingat kejadian di taman tadi.

Sedikit sulit untuk menceritakan hal-hal manis yang Kak Ian katakan padanya. Ia terlalu senang untuk menceritakan hal itu. Dara sudah menyimpan perasaan itu sejak lama. Sejak dirinya, masih berada di bangku SD. Bodoh memang, menyimpan perasaan selama itu.

"Secepet itu Ra?" Tanya Yona, tidak menyangka.

"Gue juga nggak ngerti, Na."

Juni 2013

"Lang! Gilang!"

Hari itu Ian mengunjungi rumah salah satu temannya. Tidak ketinggalan Agam, yang bisa dibilang sendal jepitnya.

"Sebentar, Yan!" Gilang memakai sarungnya.

Mereka hendak menuju masjid untuk sholat Maghrib. Dara yang pada saat itu sedang menginap di rumah neneknya, atau mungkin bisa dikatakan rumah Gilang juga sebenarnya.

Dirinya sedikit panik, melihat Ian yang ada di depan rumah. Gadis itu sedang bermain ponsel pada saat itu, bersama teman kecilnya bernama Ayya. Ian hanya tersenyum pada Dara sementara gadis itu bahkan sudah tidak bisa mengondisikan detak jantungnya.

"Lagi main?" Tanya Ian berbasa-basi.

"Iya, lagi nginep di rumah nenek." Jawab Dara tersenyum kikuk.

"Gilang!"

Dara tiba-tiba saja meneriakkan nama sepupunya itu, sungguh dirinya tidak dapat menahan rasa senang yang bergejolak dihatinya.

"Iya bentar!" Gilang langsung bergegas menuju keluar rumah.

Ayya tertawa kencang, melihat pipi temannya itu yang mulai memerah. Dara hanya menatap sinis, memukul Ayya dengan keras. Ayya tetap tidak menghiraukannya, lucu sekali melihat temannya salah tingkah seperti itu.

"Ih Ayya!" Dara berteriak, kesal sekali melihat gadis itu terus meledeknya.

"Apa?" Ayya tertawa bukan main.

ANTARIKSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang