Flashback saat Bapa dipanggil ke ruang dokter.
"Dengan Pak Yudha?" Tanya pria berjubah putih.
"Iya, betul. Bagaimana dengan keadaan anak saya dok? Tidak ada masalah serius kan?" Jawab bapak, terus bertanya.
"Apakah dulu Ian pernah mengalami kecelakaan?" Tanya dokter itu, bapa mengingat-ingat lagi.
"Sepertinya, pernah. Waktu itu, anak saya berumur sekitar 10 tahun." Jawab bapak, masih tidak mengerti.
"Sepertinya, kecelakaan waktu itu membuat trauma pada saraf otak saudara Antariksa. Ditambah, kecelakaan yang terjadi kali ini. Mungkin selama ini tidak ada gejala-gejala yang ditunjukkan, tapi dengan berat hati saya mengatakan bahwa saudara Antariksa mengidap tumor otak, stadium akhir."
Yudha terkejut bukan main. Tumor otak? Selama ini, memang benar Ian tidak pernah mengeluhkan apapun tentang kondisinya.
"Tu-tumor? Lalu, apakah anak saya tidak bisa selamat dok?" Tanya Bapak, hatinya begitu tersayat dalam.
"Biasanya penderita kanker akan hidup sekitar 1-5 tahun. Mengingat saudara Antariksa bisa menjalani hidup baik-baik saja selama 9 tahun ini, itu sudah suatu keajaiban. Kali ini, saya tidak yakin nyawanya akan selamat. Mungkin, antara beberapa hari bahkan beberapa jam lagi saudara Antariksa bisa bertahan." Jelas dokter tersebut, membuat Bapa membeku.
Flashback off
***
"Lan, lo yakin mau pergi ke Bandung sama gue?" Tanya Yona, tidak percaya.
"Iya lah, kenapa? Katanya mau soto." Ujar Adylan, pria itu terkekeh.
"Gue ke New York 4 jam lagi." Yona mengalihkan pandangannya ke arah jendela mobil, sementara Adylan dirinya sudah menduga hal itu. Bahwa suatu saat, Yona pasti akan pergi.
"Ya terus? Udahlah, kita makan soto aja dulu." Balas Adylan, berpura-pura untuk baik-baik saja.
"Oke, kita ke rumah lo dulu gue mau ketemu bunda sekalian pamitan. Lo juga mandi dulu sono, bau ketek." Ucap Yona, tertawa.
"Nggak anjir, wangi begini. Buktinya semalem lo tidur juga dibahu gue mulu."
"Ngantuk itu mah."
Yona mengelak, padahal ia juga merasa bahwa Adylan tidak bau. Keduanya pergi menuju rumah Adylan, dalam hati keduanya mungkin perpisahan ini terasa sulit.
Tapi, mari akhiri dengan baik.
***
Dara berdiri menghadap pria yang berada didepannya ini. Papa nya terkejut karena perkataan Dara barusan, tidak mencerminkan kepribadian anaknya sendiri.
Kali ini ia merasa, bahwa yang ada dihadapannya ini bukan Dara putrinya tetapi orang lain. Sisi gelap Dara, yang belum pernah ia lihat.
"Bajingan. Sampah. Kotoran. Apa sih kata-kata kotor yang pantas buat orang se menjijikkan Papa?" Tanya Dara, tatapannya benar-benar tajam kali ini.
"Kamu sudah terlewat batas Dara!" Teriaknya.
"LALU PERLAKUAN PAPA PADA IAN APAKAH ITU BUKAN TINDAKAN YANG MELEWATI BATASNYA?!" Teriak Dara nyaring, suaranya bahkan bisa didengar siapapun yang ada dalam rumah itu.
Hampir saja Papanya melemparkan sebuah tamparan keras pada putrinya itu. Namun dengan cepat, Tama menahan tangannya. Papanya yang ia kenal, tidak pernah bermain tangan seperti ini.
"Tampar! Sini tampar aku Pa!" Teriak Dara menunjuk ke arah pipinya.
"Ra! Apa-apaan maksud kamu?" Ucap Tama tidak mengerti.
Dara beranjak pergi meninggalkan kedua pria tersebut dan menuju pintu utama. Sesaat sebelum pintu itu berhasil ia buka, perkataan Papanya membuat Dara berhenti.
"Pergi! Temui Ian, tapi sebelum kamu menemuinya mungkin anak buah Papa bisa lebih dulu menghabisinya. Kamu mau melihat dia selamat, atau kamu mau dia mati gara-gara perilaku ceroboh mu itu?"
Dara terdiam sejenak, gadis itu kembali meneteskan air matanya. Ia berbalik melihat ke arah Papanya dengan tatapan yang benar-benar kecewa juga kesal namun tak dapat melakukan apapun.
Menarik napas panjang. "Biarin Dara ketemu Ian sekali aja sebelum Dara pergi. Setelah itu, Dara nggak akan ketemu Ian lagi. Pa, seenggaknya sekali aja papa ngertiin Dara. Jangan sakitin Ian lagi, Pa. Dara mohon, mohon dengan nyawa Dara sendiri." Gadis itu bertekuk lutut dihadapan Papanya.
"Ra, bangun. Kamu jangan gini!" Teriak Tama, yang tidak didengar oleh Dara.
"Pliss, Pa. Dara mohon,"
"Baiklah, tetapi waktu kamu hanya 30 menit. Lebih dari itu, tidak bisa Papa toleransi."
"Baik, Pa. Terimakasih." Ucap Dara, berlari menuju keluar pintu.
"Bang! Pinjem ponsel!" Teriak Dara berbalik mengambil ponsel milik kakaknya.
***
"Bunda!" Teriak Adylan saat memasuki rumahnya.
Kemuning keluar dengan perasaan cemas karena katanya teman Adylan —Ian— sedang dalam keadaan kritis dan Adylan menemaninya semalaman di rumah sakit.
"Sudah pulang? Bagaimana keadaan temanmu?" Tanya Bunda, yang kemudian melihat bahwa ada Yona juga disana.
"Belum sadar bun, cuman katanya gapapa."
"Halo, bunda." Ucap Yona tersenyum lebar.
"Yaudah bun, Dylan mau mandi dulu. Ada yang bilang bau ketek katanya tadi." Ujar Adylan langsung memasuki kamarnya.
Yona hanya tertawa kecil. Sementara itu, bunda langsung menuju dapur untuk membuatkan Yona cokelat panas. Yang menurut Kemuning, sepertinya itu kesukaan gadis itu.
"Bun, terlepas dari kejadian semalem Lea masih bisa anggap bunda sebagai bunda Lea kan?" Tanya gadis itu, mengekori Kemuning.
"Boleh, Lea."
"Oiya, Lea juga mau pamitan. Hari ini Lea mau ke New York bunda, tapi sebelum itu Lea mau ijin pergi ke Bandung sama Adylan." Ucap Yona, duduk di meja makan dengan cokelat panas yang Kemuning buatkan untuknya.
"Ke Bandung? Sekarang?" Tanyanya.
"Iya, boleh kan ya? Kalo nggak boleh ngga papa nggak jadi." Jawab Yona.
"Boleh, lagian ini kali terakhir kalian habisin waktu sama-sama. Maafin bunda ya sayang, bunda nggak bisa persatukan kalian." Wanita itu meneteskan air matanya.
"Bun, ini sama sekali bukan salah bunda. Tapi karena emang, jalan kita berdua dari awal udah beda. Nggak semua yang dipertemukan bisa bersatu, iya kan?" Ucap Yona tersenyum lebar, sembari beranjak memeluk wanita yang ia sebut bunda itu.
"Maafin bunda, Lea. Maaf.."
***
haloo hehe, yuk ngobrol-ngobrol lewat sc yang di bioo!! btw, makasih deh buat yang masih setia baca sampe sini.
kekurangan dan typo mungkin masih banyak dalam cerita ku, tapi aku harap kalian bisa ngerti yaa. jangan lupa buat apresiasi karya ku lewat vote dan komen banyak-banyak!!
okay, see you on the next part!!🐙💗

KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARIKSA [END]
Romance⚠️YANG MAU PLAGIAT JAUH-JAUH AJE SONOH⚠️ ⚠️BACA SELAGI ON GOING⚠️ . . . "Nama aku aja yang jauh, kamu jangan." - Antariksa. "Kita udah terlanjur jauh, Aksa." - Aldara. Cerita ini sebagian kisah nyata 2 remaja yang tidak di restui orang tua nya yai...