15

338 16 0
                                    


"Permisi, saya adik tuan Pratama Ganendra."

Dara memasuki ruangan dokter yang diberi tahu bahwa dokter itulah yang menangani operasi kakaknya.

"Nona, Dara ya?"

"Iya, benar."

"Operasinya berjalan dengan baik, hanya saja masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Kita tunggu perkembangan nya sampai pasien tersadar."

"Alhamdulillah, berarti kakak saya baik-baik saja kan dok?"

"Kita tunggu saja ya, saya masih belum dapat memastikan. Jika pasien tidak tersadar juga sampai pagi hari, kemungkinan besar dia koma."

"A-apa? Lalu, apa saya boleh menjenguk?"

"Tentu saja, tapi tolong ikuti syarat-syarat yang sudah ditetapkan rumah sakit."

"Baik, dok. Terimakasih,"

Dara membuka pintu keluar, terlihat Ian sudah menunggunya didepan sana. Dengan raut wajah yang tampak khawatir. Dara tersenyum, seakan memberi tahu bahwa semuanya baik-baik saja.

"Kakak kamu nggak kenapa-kenapa?" Tanya Ian memegang bahu gadis itu, menatapnya penuh dengan tanya.

Dara mengangguk.

"Alhamdulillah, aku udah mikirin yang nggak-nggak."

"Katanya nggak boleh mikir negatif."

"Hahaha, iya ya. Aku kebawa suasana aja sih, tapi alhamdulilah kalo semuanya baik-baik aja."

Dara tersenyum sekilas, lalu kemudian ia menunduk dalam. "Tapi, Bang Ata belum bisa dipastiin keadaannya. Ada kemungkinan dia koma,"

Ian mengangkat kepala gadis itu, saat ini Dara bisa melihat wajah Ian dengan jelas walau mata dan pipinya dipenuhi oleh tangisan. Ian tersenyum, membelai surai panjang milik gadis itu.

"Belum pasti Ra, itu kemungkinan aja."

"Tapi kalo beneran gimana?"

"Abang kamu, sayang sama kamu Ra. Kalaupun dia koma, dia pasti akan bangun lagi dan cariin kamu."

Dara menunduk kembali, batinnya berbicara. "Kenapa itu rasanya nggak mungkin?"

***

"Lo tau nggak?"

Adylan menoleh. "Nggak,"

"Dateng kesini itu, butuh banyak banget hal yang harus gue siapin." Yona melamun.

Keduanya sedang berada di salah satu angkringan, mereka merasa lapar setelah pergi ke makam Leo dan mengunjungi beberapa tempat yang ditunjukan Yona pada Adylan.

"Perasaan lu nggak nyiapin apa-apa deh."

Yona tersenyum tipis. "Hati gue,"

"Hah?"

"Nggak, lupain aja."

"Berapa kali sih harus gue bilang, kalo mau cerita apapun ya cerita aja."

"Lo nggak kayak Yohan," Yona memutar bola matanya malas.

"Nggak, karena gue lebih dari itu."

"Udah gue duga lo bakalan bales gitu sih,"

Adylan menatap gadis itu. Jujur, ia benar-benar tidak tahu apa yang Yona maksud. Terkadang, ia merasa bahwa Yona tidak nyaman dengannya. Dan Yohan, Yona sangat menyukai pria itu.

ANTARIKSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang