SLTH; 5

2.2K 379 40
                                    

SLTH; 5

SLTH; 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak!

"Aws!"

"Aristha!" Jovanka, Zanitta, dan Laika kompak berdiri dari tribun ketika melihat tangan Aristha berdarah setelah gadis itu mematahkan balok kayu menggunakan tangannya.

Aristha mengangkat tangannya. "Gue nggak papa."

Namun, seseorang dengan seragam Pencak Silat yang sama dengan Aristha berwarna hitam itu langsung meraih tangan gadis itu yang terluka karena terkena paku yang ada pada balok kayu tersebut.

Adipati membungkus tangan Aristha menggunakan kain hitam miliknya membuat kini dirinya dan gadis itu menjadi pusat perhatian semua murid yang ada di tribun.

"Gue nggak papa. Gue bisa sendiri, Pat." Aristha terus menyuruh Adipati untuk pergi dan melihat sekitarnya yang memusatkan perhatian kepada mereka berdua.

"Siapa yang cari balok kayu?" tanya Adipati di tengah lapangan.

Seseorang yang mencari balok kayu tersebut pun berjalan ke tengah lapangan dengan mengusap tengkuknya merasa bersalah.

"Gue nggak mau kayak gini keulang lagi. Pastiin nggak ada benda tajam yang nyangkut di balok kayu, batu bata, atau apapun itu," kata Adipati kepada Irfan yang mengangguk paham.

"Sorry, Pat. Gue bakal lebih teliti lagi," ujar Irfan yang diangguki Adipati.

Ini lah salah satu kelebihan Adipati yang membuat para guru percaya dengan cowok itu yaitu bisa diandalkan. Adipati lebih banyak gerak dibanding berbicara karena menurutnya terlalu banyak berbicara belum tentu dapat menyelesaikan masalah.

Aristha yang merasa tidak enak dengan Irfan pun melempar senyum tipisnya yang dibalas oleh Irfan sebagai balasan jika itu bukan salah Aristha dan ia tidak apa-apa.

Latihan dan pendaftaran anggota baru ekstrakurikuler Pencak Silat pun selesai. Aristha langsung berlari mengejar Adipati yang tengah menenggak air mineralnya di pinggir lapangan.

"Gue nggak suka cara lo. Harusnya lo nggak perlu panggil Irfan kayak gitu apa lagi di depan banyak orang kayak tadi," ujar Aristha kepada Adipati membuat Griffin dan Barra yang mendengar kompak menoleh.

Baru kali ini ada yang berani menentang perbuatan Adipati dan itu membuat Griffin dan Barra tertarik untuk menyimak kejadian ini lebih lanjut.

Adipati menghela napasnya sebentar sebelum meletakkan botol mineralnya di atas meja. "Urusannya sama lo?" tanya balik Adipati.

"Emang nggak ada urusannya sama gue tapi gue nggak suka sama cara lo. Mentang-mentang lo anggota Pascal bukan berarti lo bisa seenaknya," jawab Aristha berani.

Adipati menegakkan tubuhnya dan berjalan selangkah mendekat pada Aristha yang membuang mukanya tak ingin melihat wajah Adipati. Jika baru saja Adipati terdiam tapi kini ia harus berbicara karena gadis itu membawa nama salah satu keluarganya, yaitu Pascal.

SULTHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang