SLTH; 35

1.7K 318 35
                                    

HAII!!

Okay-okay sebelum baca aku harap kalian juga putar lagunya sampai selesai baca bagian ini biar feelnya semakin dapat

Komen sama bintangnya juga biar makin seruu 😉

Selamat Membaca!
Enjoyy!



SLTH; 35

Pagi yang mendung di salah satu pemakaman umum Aristha, Kaluela, Zanitta, Jovanka, Laika, dan juga para anggota Pascal serta Larung berada. Pemakaman tersebut berisi para ajudan dan juga banyak orang lainnya yang memakai setelan jas hitam yang sama dengan Ayah Aristha dan Btara pakai.

Hari ini adalah hari pemakaman Jantaka dan Refal Kusuma atau ayah Jantaka. Keduanya di makamkan berdekatan dengan makam mendiang Mama Jantaka yang sudah lebih dulu pergi beberapa tahun yang lalu. Tetapi, makam Jantaka berada di samping mendiang Tantenya yang mengurus Jantaka dari bayi hingga berumur lima tahun tanpa mengenalkan kepada Jantaka siapa kedua orang tua cowok itu dan siapa saja kerabat keluarga Jantaka karena untuk melindungi cowok itu sesuai pesan Mama Jantaka.

Anggota Pascal dan Larung pun kompak mengangkat keranda Jantaka dengan bendera Pascal dan Larung juga ikut mengikuti di samping kanan dan kiri keranda tersebut.

Tidak hanya Pascal dan Larung saja yang datang tapi juga beberapa anggota geng motor lainnya yang mengenal baik Jantaka selama masa hidup cowok itu pun juga hadir dalam pemakaman.

Taburan bunga pun satu-persatu diberikan oleh mereka termasuk Kaluela dan Aristha yang terakhir menaburkan dengan Kaluela yang sebisa mungkin menahan air matanya ditemani Aristha dan juga ke tiga sahabat gadis itu.

Sedih dan rasa kehilangan pun juga dirasakan oleh Aristha, sahabat-sahabatnya, dan juga semua anggota Pascal. Pasukan Cakrawiyasa tersebut saling menguatkan pasukan Larung yang lain yang entah setelah ini apakah mereka dapat kembali berjalan bersama atau tidak.

Hingga acara pemakaman pun selesai dan semua kembali ke rumah masing-masing. Aristha yang merasakan getaran pada ponselnya pun berpamitan lebih dulu kepada teman-temannya dan melihat rupanya panggilan itu berasal dari Ibu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Iya, Ibu?"

"Kak, cepat ke rumah sakit Adipati mau dipindahkan pengobatan."

Mendengar kabar tersebut pun Aristha tanpa menunggu lama langsung berlari menuju mobil Btara dan melajukan mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah sakit tempat Adipati dirawat.

Semalam dokter memindahkan Adipati ke ruang ICU karena kondisi cowok itu yang belum juga melewati masa kritisnya hanya saja luka di bagian kepalanya sudah diobati. Dokter mengatakan sepertinya Adipati sempat terkena benturan keras di kepalanya membuat bagian otaknya terdapat pembengkakan dan itu yang membuat cowok tersebut belum juga sadarkan diri.

Sepuluh menit kemudian Aristha sampai di rumah sakit dan gadis dengan rambut panjang yang terurai itu berlarian menuju ICU dimana sudah ada Syafa – Tante Adipati – dan Ibu yang tengah berbincang dengan dokter yang menangani Adipati.

"Ada sumbatan yang harus diambil di otak Adipati dan rumah sakit tidak mampu menangani hal itu. Kasus seperti ini terjadi di beberapa pasien kami yang akhirnya kami beri rujukan untuk berpindah pengobatan di Jerman. Salah satu rumah sakit yang bekerja sama dengan rumah sakit ini." Dokter menjelaskan. "Adipati harus segera di operasi jika tidak hal itu bisa mengakibatkan kelumpuhan pada tubuh pasien," lanjut Dokter membuat Tante Syafa meneteskan air matanya dengan Ibu yang mengusap bahunya.

SULTHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang