SLTH; 34

1.4K 291 35
                                    

HAIII!!

Udah siap lanjut bagian ini? ☺️

Komen sama bintangnya kuy biar makin rame 😉

Putar lagunya juga biar makin uwu

Selamat Membaca
Enjoy!



SLTH; 34

Sebelum bangunan besar itu meledak Adipati berlari menghampiri Jantaka tapi rupanya Adipati dikejutkan dengan Jantaka yang tengah melawan Refal atau Ayahnya seorang diri. Tanpa menunggu lama Adipati pun langsung menendang punggung pria paruh baya itu yang seketika kembali tersungkur.

Adipati yang sudah membawa balok kayu pun berjalan dengan aura dinginnya menghampiri Refal yang tanpa diketahui cowok itu pria paruh baya tersebut menyimpan pistol miliknya yang terjatuh di bagian belakang saku celananya.

Jantaka yang melihatnya pun langsung berlari ke arah Adipati kala Refal menembakkan peluru ke arah Adipati dan...

DOORR!

"JANTAKA!"

BRAKK!

DUARR!

Sebagian bangunan tersebut runtuh dan menimbun Refal Kusuma hingga kepalanya mengeluarkan banyak darah membuatnya seketika tak sadarkan diri.

Adipati tidak mempedulikan itu karena sebisa mungkin ia menyingkirkan bongkahan batu yang mengenai kakinya untuk meraih Jantaka yang terjatuh di tengah ruangan tersebut bersama darah yang mulai mengalir dari dada sahabatnya itu.

"Jantaka!" Adipati memanggil kala melihat Jantaka membuka kedua matanya.

"Am-ambil, Pat! Se-semua itu... pu-punya lo. To-long maafin bokap gue, Pati," ujar Jantaka dengan terbata yang sebisa mungkin melemparkan sebuah hardisk hitam kepada Adipati yang ditangkap cowok itu.

Adipati pun dengan susah payah akhirnya bisa melepaskan tumpuan batu dari kakinya. Ia segera menghampiri Jantaka yang sudah mulai kehabisan oksigen. Dengan mata sayunya Jantaka menatap Adipati yang merupakan sahabat kecilnya.

Adipati pun menggunakan jaket Pascalnya untuk menutup luka tembak yang ada pada dada Jantaka. Namun, usahanya seperti sia-sia karena setelahnya Jantaka berujar yang membuat hati Adipati mencelos saat itu juga.

"Talqin, Pat." Jantaka berujar kepada Adipati yang menggelengkan kepalanya. "Talqin..." Jantaka kembali berujar membuat Adipati menundukkan kepalanya dan memejamkan sesaat kedua matanya sebelum kembali menatap sahabat kecilnya yang juga menatapnya.

"Talqin, Mas Pati." Lagi Jantaka kembali berujar memanggil Adipati dengan panggilan mereka sejak kecil karena Adipati yang sudah Jantaka anggap seperti kakanya sendiri.

Dan, dengan bergetar Adipati menggenggam tangan Jantaka dan mendekatkan dirinya pada telinga sahabat kecilnya itu yang mulai sulit bernapas. Adipati pun dengan perlahan dan suara lirihnya yang masih dapat di dengar Jantaka mulai melantunkan talqin yang diikuti Jantaka dengan kedua mata sahabatnya itu yang mulai tertutup.

"Laa ilaha illallah..." Adipati mulai melantunkan.

"Laa ilaha illallah..." Jantaka mengikuti.

"Muhammadarrasulullah..." Adipati melanjutkan dengan kepala yang semakin menunduk.

"Muhammadarrasulullah..." Jantaka pun kembali mengikuti sebelum suara batuk dan hembusan napas terakhirnya terdengar.

SULTHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang