SLTH; 6

1.9K 369 22
                                    

HAPPY 2K SULTHAN!! 🥳🥳

Terima kasih antusias kalian semua untuk cerita inii 😭🙏 nggak tau mau ngomong apa lagi tapi kalian kerenn bangett lovv sekebon!! 🤍🤍🤍🤍🤍

Hayuk lah!
Boompart malam ini 😙

Cari posisi ternyaman dulu okayy dan komen gemoy sama bintangnya yaa jangan sampai ketinggalan biar makin rame 😉

Selamat Membaca!
Enjoy!

SLTH; 6

Di perjalanan hanya ada keheningan baik Adipati maupun Aristha. Pikiran Adipati melayang pada kejadian beberapa menit yang lalu ketika matanya menangkap seseorang yang berada di dalam mobil hitam.

Seseorang yang sangat ia kenali dan yang selama ini Adipati cari. Hanya saja mengapa mereka kembali dipertemukan dengan keadaan yang seperti ini.

"Pati," panggil Aristha membuat Adipati kembali tersadar dan menatap cewek itu dari kaca spion yang juga disadari Aristha.

"Ayah jangan sampai tau, ya. Dia protektif banget kalau tau anaknya luka apa lagi diganggu orang," lanjut Aristha membuat Adipati terdiam sebelum akhirnya mengangguk dan itu sukses membuat Aristha lebih tenang.

"Mana tangan lo?" ujar Adipati membuat Aristha sedikit mengerutkan keningnya sebelum menyerahkan tangannya.

Adipati pun menarik tangan Aristha untuk dilingkarkan pada perutnya dan itu membuat Aristha sempat menegangkan tubuhnya. Aristha yang akan menarik kembali tangannya pun ditahan oleh Adipati yang justru menggenggam erat punggung tangan Aristha yang ada pada perutnya.

"Jangan dilepas. Sampai di rumah," kata Adipati yang entah mengapa Aristha seperti terhipnotis dan menuruti perkataan cowok itu tidak membantah seperti saat mereka di lapangan sekolah tadi.

Perjalanan terus berlanjut dengan Aristha yang memeluk Adipati dan cowok itu yang sesekali mengusap tangan Aristha dan menepuknya pelan. Dan, hal tersebut nyatanya membuat cewek yang terkenal bar-bar itu merasa...nyaman.

****

"MBAAK!"

"Bacot!"

"HEHH!"

"Iya, Ibu maaf," kompak Aristha dan Btara sedangkan Adipati duduk dan seperti biasanya selalu paling kalem di rumah itu.

"Maafin gue, ya, telat datengnya," ujar Btara yang entah sudah keberapa kali. Btara itu cuek dan pendiam jika berada di luar sana apa lagi di lingkungan baru, tapi kalau sudah di rumah atau bertemu orang-orang terdekatnya ia baru menunjukkan sifat jahil dan manjanya.

"Iya. Gue nggak hati-hati juga," balas Aristha yang kemudian membenarkan duduknya di sofa dan merentangkan tangannya untuk memeluk adik satu-satunya itu yang mulai beranjak dewasa tapi akan selalu terlihat kecil di mata Aristha.

Ibu pun tersenyum melihatnya dan menghela napasnya. Dari dulu Aristha dan Btara sering sekali berantem tapi jika salah satu dari mereka ada yang terluka atau berbuat salah pasti langsung saling meminta maaf dan berpelukkan seperti ini.

"Udah pelukkannya nanti lagi. Sini tangannya kakak Ibu obatin lagi," kata Ibu membuat dua anaknya tersebut melepas pelukkan mereka.

Adipati yang melihatnya pun diam-diam mengukir senyum tipisnya. Melihat keharmonisan keluarga ini membuat hati Adipati menghangat pasalnya ia belum pernah merasakan keharmonisan keluarga yang sebenarnya sejak ia kecil kecuali hanya dari keluarga ini dan juga panti asuhannya dulu.

"Mas Adipati mau kemana?" tanya Ibu kepada Adipati yang bangkit berdiri dan mengambil jaket Pascalnya.

"Kerja kelompok, Bu," jawab Adipati yang langsung membuat Aristha yang tahu kemana cowok itu akan pergi pun menahan tawanya.

"Kerja kelompok gak, tuh," sindir Aristha yang langsung mendapat tatapan datar dari Adipati sedangkan cewek itu justru menjulurkan lidahnya sesaat sebelum kembali mengambil kue kering yang ada di toples.

"Btara juga," ujar Btara ikut berdiri.

"Lah, terus ini nggak ada anak cowok Ibu yang di rumah?" tanya Ibu kepada Adipati dan Btara.

Adipati pun beralih pada Btara. "Gue aja," kata Adipati menatap tepat pada mata Btara yang menyembunyikan keterkejutannya tapi kemudian mengangguk dengan ragu-ragu.

"Ini kenapa, sih, kayak pada kode-kodean dari Ibu," kata Ibu lagi.

"Lagi jaman, Bu," timpal Aristha tanpa dosa tanpa beralih dari toples yang dipeluknya sedari tadi membuat Ibu berdecak pelan.

Adipati pun menyalami tangan Ibu untuk berpamitan. "Jangan malam-malam, ya, Mas. Juga jangan berantem lagi. Luka kamu belum kering itu," pesan Ibu yang diangguki Adipati meskipun tidak berjanji karena kita tidak tahu bukan di luar sana bagaimana.

"Iya, Ibu," kata Adipati.

Ibu sudah tahu betul dengan putranya yang satu ini karena bukan sekali Adipati pulang dengan luka pada tubuhnya. Ibu dan Ayah juga tahu jika Adipati ketua geng motor di luar sana sehingga Ibu tidak pernah bosan mengingatkan Adipati meskipun putranya itu sulit ditebak.

Btara menyusul Adipati keluar rumah yang sudah duduk di atas motornya dan akan memakai helm.

"Mas, oy!"

"Ha?"

"Lo tau?"

Adipati menurunkan tangannya dan tidak jadi memakai helm sebelum menoleh pada Btara yang sudah ia anggap adiknya sendiri. "Iya, tau."

"Sejak kapan?" tanya Btara lagi.

"Sejak gue nemu banyak bet sekolah lain yang lo simpan di kantong plastik bawah meja belajar," jawab Adipati.

Btara mengacak rambutnya. "Gue nggak mau gabung Pascal. Gue mau sendiri aja. Lagian mereka duluan yang mulai dan nggak sengaja gue menang terus. Yaudah gue ambil bet nama sekolah mereka buat kenang-kenangan," ujar Btara dengan lugunya seperti melapor pada Ayahnya karena Adipati memiliki aura yang sebelas-duabelas dengan Ayahnya bila sedang serius begini.

Adipati mengembuskan napasnya pelan dan menepuk bahu Btara. "Yang penting lo bisa jaga diri dan kalau ada apa-apa langsung kabari gue. Untuk kali ini biar gue aja yang urus orang-orang yang hampir celakain kakak lo dan gue nggak akan maksa lo untuk gabung sama Pascal."

Btara menganggukkan kepalanya dan menyunggingkan senyumnya. Ia sangat berterima kasih kepada Adipati yang selalu mendukungnya dan menjaga keluarganya.

"Gue jadi terharu. Mau peluk boleh?" Btara berujar dengan wajah yang dibuat imut dan itu langsung membuat Adipati menatapnya datar dengan menjauhkan tubuhnya.

"Gak!" Adipati membalas membuat Btara tertawa.

"Oke. Hati-hati di jalan Maszzehh!" Btara berujar dengan memberi hormat membuat Adipati menggelengkan kepalanya sebelum memakai helm dan mulai melajukan motornya meninggalkan perkarangan rumah besar tersebut menuju Markas Utama Pascal.

****

Beneran ke Markas atau nggak ya kira-kira Mas Adipati? 🤔

Langsung bagian selanjutnyaa okayy! 😉

Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu dibagian selanjutnyaa 🙌🏻

SALAM HANGAT
IBU KEPALA SUKU PASCAL
sekar_pipit
pascal.official

SULTHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang