Permohonan Maaf Yang Alot

7K 997 36
                                    

Setelah meeting yang hanya berlangsung dua jam berakhir, Bhiru kembali menuju kubikelnya. Dan hal pertama yang ia lakukan adalah bercermin.

Gilak! Muka siapa ini? 

Bhiru nyaris tidak mengenali dirinya sendiri saat bercermin.

Jono ternyata benar. Akibat begadang sampai pukul tiga pagi dan hanya tidur empat jam saja ditambah ia masih hutang waktu tidur yang belum sempat terbayar, kantong mata di kedua matanya benar-benar jelas terpampang di kulit wajahnya yang cerah. 

Tapi tidak semirip zombie seperti ledekan Jono.  Masih sebelas dua belas sama putri Salju lah.

Dengan posisi badan sedikit merunduk di kubikelnya, Bhiru mengaplikasikan concealer pada kedua kantong matanya. Biasanya dengan concealer andalannya sudah cukup untuk menutupi dosa-dosa di wajahnya.

Tapi belum sempat concealer-nya ia ratakan, pak Ranu tiba-tiba muncul begitu saja di depan kubikelnya. Seperti biasa tanpa suara bagai hantu dan hampir membuat Bhiru jantungan dibuatnya.

Mengangkat kepalanya untuk menatap pak Ranu yang tampak masih kesal dengannya, Bhiru malah speechless.

"Masuk ke ruangan saya sekarang," perintah pak Ranu sambil meninggalkan Bhiru, masuk ke dalam ruangan kerjanya.

Menghela nafas merana, Bhiru segera menuju ruangan pak Ranu sambil asal-asalan meratakan concealer di kantong matanya dengan jemari tangannya.

"Duduk." Pak Ranu langsung meminta Bhiru duduk begitu melihat sekretarisnya itu masuk ke dalam ruangannya.

"Terimakasih, Pak." Suara Bhiru bahkan nyaris terdengar seperti cicitan seekor tikus, saking tegangnya menghadapi bosnya yang saat ini punya aura kemarahan yang kuat. Bhiru bahkan sampai mengusap tengkuknya yang mendadak merinding.

"Kamu tahu mengapa saya panggil kamu?" suara Pak Ranu membuat Bhiru duduk semakin tegak lalu menggeleng, pura-pura tidak tahu.

Lalu Bhiru mendengar bosnya itu menghela nafas kesal sambil menatapnya tajam seperti biasa.  

"Saya ingin tahu kenapa kamu datang terlambat dan malah suruh Kumala yang persiapkan meeting? Bukankah semalam saya yang perintahkan kamu?" Pak Ranu mulai menginterogasi Bhiru. Namun anehnya nada bicaranya terdengar lebih lembut dari pada sebelumnya.

"Maaf pak. Saya terpaksa minta bantuan Kumala, karena saya takut nggak bisa mempersiapkannya tepat waktu." Bhiru menunduk saat memberitahukan alasannya. Jujur ia tidak kuat dengan tatapan pak Ranu. "Sebab saya bangun kesiangan."

"Lalu kenapa kamu nggak mencoba menghubungi saya pertama kali?" Kata-kata pak Ranu seketika menyadarkan Bhiru yang terus menunduk.

Bhiru benar-benar baru sadar, mengapa ia tidak melakukannya? Bukankah seharusnya lebih aman jika ia menghubungi pak Ranu terlebih dahulu? Ketimbang panik tidak jelas dan malah merepotkan Kumala. Ditambah lagi Kumala telah mengingatkan sebelumnya.

"Angkat wajah kamu."

Bhiru mengangkat wajahnya dengan mimik takut menatap pak Ranu yang terus menatapnya tanpa berkedip dan membuat Bhiru gemetaran seperti habis naik bajaj.

"Penyebab kamu kesiangan pasti gara-gara semalam begadang, kan?!" tuduhnya kemudian sangat tepat dan membuat Bhiru gelagapan. "Bukankah semalam saya sudah ingatkan kamu agar jangan begadang?! Kenapa nggak mau dengar?" Entah mengapa dari cara pak Ranu menegurnya, mengingatkannya akan Langit. Terkadang sama bawelnya.

"Nggak begadang kok pak. Mana ada saya begadang?" Bhiru berusaha menutupi fakta bahwa sebenarnya ia memang begadang sampai pukul tiga pagi gara-gara asyik chatting dengan Pandu yang mengajaknya bernostalgia masa-masa SMA mereka.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang