Bhiru mengira patah hati karena pengkhianatan Langit bakal bertahan hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun lamanya. Tetapi nyatanya perasaan itu kini ditimpa oleh perasaan patah hatinya karena pak Ranu. Sepanjang hidupnya, ia pernah tidak menyangka sebelumnya jika kelak ia akan merasakan jatuh cinta yang kemudian disusul dengan perasaan patah hati di saat yang bersamaan. Dan hingga kini ia masih tersiksa karenanya meski ia telah berusaha melupakannya.
Bhiru tidak pernah habis pikir, mengapa bosnya itu nekat bermain api ketika sebentar lagi ia akan menjadi suami perempuan lain. Ketimbang merasa senang atau pun bangga, Bhiru justru merasa diterpa dilema yang rumit. Hatinya tidak pernah bisa berbohong jika pak Ranu telah berhasil mencuri setiap debarnya, tapi di sisi lain bosnya itu juga memberinya kesulitan dan hampir membuatnya depresi.
Menatap ruangan Pak Ranu yang tampak kosong, Bhiru kembali menghela nafas merananya. Pak Ranu mana tahu betapa sulitnya Bhiru menahan perasaan setiap kali mereka bertemu di kantor? Sementara ia tidak bisa mengungkapkannya dan terpaksa menutup rapat-rapat masalah itu dari siapa pun termasuk dari Kumala dan Jono.
Tidak ingin selamanya terus-terusan seperti ini? Ia pun mencari alternatif lain agar bisa menjauh dari pak Ranu dengan memilih resign atau melanjutkan pasca sarjana saja ke Jepang?
Sehingga ketika ia melihat tawaran program beasiswa penuh S2 yang kerap wara-wiri di grup chat alumni kampusnya, membuat Bhiru merasa itu adalah jalan keluar yang bagus baginya. Mumpung sekarang ini ia sedang dalam kondisi malas bekerja dan tabungannya juga lumayan cukup untuk membiayai hidupnya selama kuliah nanti. Meski ia akan memperoleh uang saku sekitar 145.000 Yen perbulan jika ia lolos seleksi nanti.
Kalau masih tidak cukup juga, mungkin Bhiru akan jual satu ginjalnya. Yang penting ia bisa pergi sejauh-jauhnya dari pak Ranu. Tetapi ia akan melakukannya jika ia benar-benar sangat terdesak saja. Toh Papanya pasti tidak akan membiarkan putri satu-satunya itu menderita dan bahkan justru mendukungnya.
Jadi tanpa pikir panjang, kemarin ia telah mendaftarkan dirinya untuk mengikuti program beasiswa S2-nya ke Kantor Duta Besar Jepang sebagai penyelenggaranya. Ia lakukan itu tanpa seorang pun yang tahu kecuali Papanya dan Pandu.
Kepada Pandu, Bhiru pun karena keceplosan mengungkapkan niatnya saat mereka makan malam bersama. Sejak ia memutuskan menjauh dari pak Ranu, Bhiru lebih sering bertemu dengan Pandu hanya untuk mengalihkan perasaannya.
"Kenapa harus S2 di Jepang?" Pandu mempertanyakan niat Bhiru mengingat ia dan Bhiru baru saja bertemu setelah sepuluh tahun berpisah namun kini akan berpisah lagi jika Bhiru lolos seleksi program beasiswa S2-nya. Ia benar-benar sedih mendengar kabar itu dari Bhiru.
"Itu salah satu mimpi aku, Ndu. Jadi mumpung ada kesempatan dan aku masih muda, jadi kenapa nggak aku ambil?" Bhiru menjawab dengan santai setelah mengunyah makanannya dan membuat Pandu terus terbengong-bengong menatapnya.
"Lalu bagaimana dengan aku, Bhi?" Pandu berusaha memastikan posisi dirinya di mata Bhiru. "Aku suka kamu dan aku nggak ingin jauh dari kamu." Lelaki berparas tampan itu mengungkapkan begitu saja isi hatinya, namun tidak membuat Bhiru terkejut apalagi tersentuh. Padahal Pandu benar-benar tulus mengungkapkannya, cuma hati Bhiru saja yang sedang dalam masa maintenance gagal menerimanya sebagai jalan keluar yang bisa menjauhkannya dari hubungan toxic-nya dengan bosnya.
Bhiru sudah lama merasakan jika Pandu menyukainya, namun herannya ia tidak lagi memiliki perasaan yang sama yang pernah ia rasakan ketika remaja dengan lelaki yang kini wajahnya tampak merajuk kesal di depannya.
"Tapi aku ingin kuliah S2 di sana. Kamu nggak bisa larang aku."
"Kenapa?" Pandu menatap wajah Bhiru lekat-lekat. Berharap Bhiru hanya sedang bercanda soal rencananya. Padahal di sisi lain Pandu punya banyak rencana di benaknya yang ingin ia habiskan dengan Bhiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH [ OUT ] LOGIC
Romance"Ta-pi saya sedang sakit, Pak. Uhuk...uhukk..." Bhiru melengkapi sandiwaranya dengan berpura-pura batuk dan berharap pak Ranu akan iba lalu percaya bahwa ia benar-benar sedang sakit dan butuh pengertiannya. "Saya dengar dari Kumala kamu cuma kena fl...