"Waaa...." Bibir Bhiru terperangah takjub begitu mobil yang membawa mereka berdua memasuki gerbang tinggi yang terbuka dengan otomatis ketika mereka memasuki kediaman keluarga Ranu. Sebuah kediaman dengan halaman yang sangat luas dan taman yang sangat cantik.
Memandang ke setiap sudut halaman, Bhiru dibuat terkagum-kagum. Halaman rumahnya saja seindah dan ini apalagi rumahnya? Mental Bhiru perlahan merosot.
"Sayang, kita turun di sini." Bhiru yang masih tercengang dengan keadaan sekitarnya dikejutkan oleh suara Ranu yang tiba-tiba saja sudah membukakan pintu mobil untuknya.
Menelan ludah, Bhiru berusaha menutupi rasa gugupnya.
Tak berapa lama, seorang pria mengendarai buggy car menghampiri mereka berdua. Bahkan Bhiru melihat ada buggy car lain yang sedang dikendarai oleh seorang pria berseragam security yang sepertinya sedang berpatroli.
Seluas apa sih kediaman keluarganya Ranu? Sampai-sampai para penghuninya harus menggunakan buggy car untuk mempermudah akses mereka.
"Tuan muda, Tuan besar sudah menunggu anda." Pria itu mempersilahkan Ranu dan Bhiru untuk naik ke atas buggy car yang dikemudikannya.
Bhiru jadi curiga, jangan-jangan kediaman keluarga Ranu benar-benar seluas taman mini indonesia indah? Bhiru tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan fakta itu. Semakin ia memikirkannya, semakin merosot pula mentalnya.
Dihelanya nafas panjang-panjang untuk meredakan rasa gugupnya sambil melirik Ranu yang tampak tenang menatap ke depan dengan sorot mata berbinar-binar.
"Kamu gugup?" Ranu menggenggam jemari Bhiru yang ternyata telah basah karena keringat dingin jika sedang panik. "Tangan kamu sampai dingin begini."
Bhiru nyengir dengan ekspresi merana sementara di dalam hatinya menjerit, "boleh nggak aku pulang aja, Mas?!"
Kurang dari lima menit, buggy car yang membawa mereka akhirnya tiba di depan bangunan megah bergaya minimalis modern yang didominasi oleh warna beige dan coklat, membuat Bhiru semakin menyadari akan sesuatu.
Dunianya dan dunia Ranu, benar-benar jauh berbeda. Bagaikan bumi dan langit. Apakah keluarga Ranu akan menerima gadis biasa seperti dirinya? Sudah jelas Kania atau pun Mia lebih pantas berada di posisinya sekarang ini.
Nyalinya kembali ciut dan membuat Bhiru mendadak ingin putar balik hendak naik kembali ke atas buggy car. Tapi Ranu menahannya dengan menarik lengannya.
"Ada apa?" Ranu menatap bingung Bhiru yang tampak semakin gelisah.
"Aku baru ingat seterika di apartemen masih nyolok! Gimana kalo aku mau pulang dulu." Berkilah sambil pura-pura cemas.
"Tenang, sudah aku cabut kabelnya sebelum kita pergi." Ranu memastikan karena ia memang benar melakukannya.
"Aaah..." Bhiru hampir kehabisan kata-kata. Namun ia tidak berhenti begitu saja. Ia pun kembali menggunakan alasan lain yang sebenarnya tidak pernah ia lakukan. "Aku baru ingat juga kalau ada paketan COD yang akan diantar sebentar lagi, aku baru saja mendapat notifikasinya." Bhiru menggoyangkan gawainya untuk meyakinkan Ranu yang tentu saja tidak bisa semudah itu dibodohi.
Memiringkan kepalanya, Ranu menatap Bhiru yang kini meringis lebar untuk menutupi kebohongannya. Bhiru memang tidak pernah pandai berbohong.
"Kamu gugup? Makanya pakai banyak alasan untuk menggagalkan rencana kita?" tukas Ranu terlihat geli.
Cengiran lebar penutup dusta Bhiru pun perlahan sirna. Percuma saja berbohong. Ranu tahu benar kalau Bhiru benar-benar gelisah, gugup dan takut bertemu dengan keluarga Ranu yang notabene merupakan keluarga konglomerat. Sedangkan ia hanya orang biasa. Orangtuanya hanya punya satu rumah sederhana dan satu toko sembako yang mencukupi kehidupan mereka sekeluarga selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH [ OUT ] LOGIC
Romance"Ta-pi saya sedang sakit, Pak. Uhuk...uhukk..." Bhiru melengkapi sandiwaranya dengan berpura-pura batuk dan berharap pak Ranu akan iba lalu percaya bahwa ia benar-benar sedang sakit dan butuh pengertiannya. "Saya dengar dari Kumala kamu cuma kena fl...