Menguap lebar berkali-kali, Bhiru menatap jalanan dengan melamun karena mood buruk yang disebabkan semalam ia tidak bisa tidur nyenyak. Dan penyebabnya tak lain adalah karena Pak Ranu dan juga karena Pandu yang tiba-tiba saja melamarnya.
Satu masalah saja mampu mengacaukan pikirannya, apalagi dua masalah? Dan ia hampir gila karena memikirkan keduanya.
Bhiru menghela nafas panjang kali ini. Seolah-olah untuk meringankan sedikit dua beban hidupnya yang baru saja tercipta semalam.
Ia tidak terlalu memusingkan lamaran Pandu, meski ia merasa harus mempertimbangkan lamaran itu. Tapi ia benar-benar butuh sebuah penjelasan dari pak Ranu tentang wanita itu. Mengapa pak Ranu hingga kini tak memberikan jawaban yang ia butuhkan? Meski ia tak bertanya, seharusnya lelaki itu peka dengan perubahan raut wajahnya semalam.
Dan alih-alih memberinya jawaban, lelaki itu malah tidak menghubunginya semalam hingga detik ini padahal ia sangat mengharapkannya. Meski pun Bhiru memilih bertahan untuk tidak menghubunginya lebih dahulu dan sengaja memilih diam sebagai bentuk aksi protesnya.
"Non Bhiru sepertinya kurang tidur ya?" Suara Mira yang tengah mengemudi membuat Bhiru yang sejak tadi menatap jalanan dengan merana, menoleh lalu mengangguk dengan wajah lesu dan kantung mata yang tampak begitu jelas di kedua area bawah mata monolidnya.
"O iya, tadi pagi Tuan berpesan pada saya, agar nanti jemput Non Bhiru pulang lebih awal," lanjut Mira membuat Bhiru sontak mendengus kesal.
Semalaman lelaki itu tidak ingat memberi kabar padanya, tetapi malah menitipkan pesan pada mbak Mira. Sungguh menyebalkan.
"Kenapa dia berpesan seperti itu?" tanya Bhiru berusaha menekan rasa kesalnya yang hampir melewati ambang batas. Tidak biasanya ia merasa sekesal ini.
"Katanya agar Non Bhiru lebih banyak istirahat dan nggak pulang malam lagi seperti semalam," ungkap Mira tersenyum sambil menginjak pedal gasnya sedikit lebih dalam.
Sekarang apa maunya? Sejak semalam tidak menghubunginya dan sekarang malah menitipkan pesan melalui mbak Mira.
Bhiru menatap layar gawainya dengan kesal. Ia ingin menghubungi lelaki itu untuk melayangkan protes, tapi tertahan oleh egonya dan akhirnya mengurungkan niatnya.
"Non Bhiru sepertinya lagi kesal ya?" Mira kembali bertanya kali ini membuat Bhiru ingin menumpahkan sedikit kekesalannya.
"Mbak Mira tahu kenapa?" Bhiru ingin mbak Mira menerkanya.
Tapi tentu saja Mira menggeleng sambil tersenyum namun wajahnya tetap lurus menghadap ke depan menatap jalanan dengan kedua tangannya yang begitu lihai mengendalikan kemudi.
"Pak Ranu bikin aku kesal!" ungkap Bhiru tanpa basa-basi.
"Lho kenapa gitu Non?" Mira lumayan kaget mendengar keluhan Bhiru mengingat majikannya itu begitu memperhatikan gadis itu.
"Apakah pak Ranu itu dari dulu suka mengatur hidup orang ya, mbak?" tukas Bhiru sambil terus menatap mbak Mira di sampingnya. Bhiru ingin tahu lebih banyak mengenai pak Ranu mengingat mbak Mira telah bekerja dengan pak Ranu selama bertahun-tahun.
"Mengatur kayak gimana, Non?" jawaban Mira terdengar geli dengan pertanyaan Bhiru.
"Seperti yang sudah dia lakukan padaku sekarang ini." Bhiru tersenyum kecut saat mengatakannya. "Kemana pun aku pergi selalu dipantau, diatur dan dikekang seperti anak kecil. Padahal aku cuma sekretarisnya..." Suara Bhiru melemah di akhir kalimat.
Mira tak bisa berhenti tersenyum mendengar keluhan Bhiru. Ia pun merasa heran dengan sikap majikannya yang tidak seperti biasanya dalam memperlakukan seorang gadis. Sepanjang ia mengenal Ranutama Antaboga yang terkenal dingin namun baik hati itu baru kali ini ia merasa lelaki itu begitu protektif dengan seorang gadis dan gadis itu adalah Bhiru, gadis yang baru ia kenal beberapa hari dan masih menjadi bahan pertanyaan baginya hingga kini. Mengapa majikannya itu begitu menjaga gadis itu melebihi sikapnya terhadap mantan tunangannya yaitu Mia saat masih mereka masih bersama dahulu? Bahkan ketika sedang menjalin hubungan dengan Kania, sikap pak Ranu pun tidak jauh berbeda dengan sikapnya pada Mia yang merupakan cinta pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH [ OUT ] LOGIC
Romance"Ta-pi saya sedang sakit, Pak. Uhuk...uhukk..." Bhiru melengkapi sandiwaranya dengan berpura-pura batuk dan berharap pak Ranu akan iba lalu percaya bahwa ia benar-benar sedang sakit dan butuh pengertiannya. "Saya dengar dari Kumala kamu cuma kena fl...