Saatnya Menentukan Pilihan

5K 635 22
                                    

"Asyik, pak Ranu tumben pulang cepat. Berarti kita juga bisa pulang cepat juga," ujar Kumala riang sambil merapikan mejanya, bersiap untuk pulang.

Begitu pula dengan Bhiru.

Beberapa menit yang lalu, Ranu mengatakan padanya bahwa ia harus segera pulang karena permintaan Archa yang ingin Omnya segera datang.

Segera setelah Ranu pergi, Bhiru lalu menghubungi Pandu. Bhiru merasa sekarang adalah moment yang tepat untuk bertemu dan berbicara dengan Pandu secara empat mata.

"Pak Ranu udah pulang, Jon. Tunggu apa lagi?" Kumala menegur Jono yang tampak masih sibuk mengerjakan kontrak yang telah lima kali ditolak oleh pak Ranu.

"Kerjaanku belum kelar. Kalian duluan aja." Jono mengibaskan tangannya mengusir Kumala agar segera pergi.

"Ciyeee, yang lagi sibuk..." Bhiru sempat-sempatnya meledek Jono sambil melewati kubikelnya.

"Udah jangan ejek Jono, Bhi. Kasihan nanti kerjaannya nggak kelar-kelar." Kumala menggamit lengan Bhiru agar segera menjauh dari Jono yang mulai keluar tanduknya karena kesal dengan ledekan Bhiru.

Sampai di depan pintu lobi, mobil hitam milik pak Sabda datang menjemput Kumala. Sementara Bhiru masih harus menunggu sekitar sepuluh menit karena Mbak Mira masih dalam perjalanan menjemputnya.

"Pulang bareng, yuk Bhi!" Kumala menawarkan tumpangan.

"Makasih, Kum. Aku sudah pesan taksi online kok." Bhiru berdalih untuk menolak ajakan Kumala.

"Batalin aja, Bhi. Pulang bareng kami saja, ya?" Pak Sabda ikut menawari Bhiru.

"Makasih, Pak. Kasihan taksi online-nya dong kalo dibatalin." Bhiru berusaha mencari alasan. Jangan sampai mereka tahu jika selama ini ia selalu diantar jemput oleh perempuan paruh baya bernama Mira yang merupakan salah satu orang kepercayaan Ranu. Selama ini Bhiru sebisa mungkin berusaha menyembunyikan salah satu perlakuan spesial Ranu itu padanya. 

"Ya, udah kalo kamu nggak mau. Kami duluan ya." Kumala akhirnya menyerah dan meninggalkan Bhiru.

Menghela nafas lega, Bhiru melambaikan tangannya hingga mobil yang membawa Kumala menghilang dari pandangannya.

Dan tak lama setelah Kumala dan pak Sabda pergi, Mbak Mira akhirnya sampai.

"Mbak Mira..." Bhiru memanggil Mira yang tengah fokus mengemudi.

"Ya, Non?" Mira menyahut sambil menoleh sebentar ke arah kursi belakang mobil.

"Aku ingin mampir ke suatu tempat." Bhiru mengutarakan keinginannya ketika mobil yang membawa mereka telah meluncur cukup jauh meninggalkan kantornya.

"Kemana, Non?"

"Ke Senopati, mbak. Saya mau ketemu seorang teman, sebentar."

"Baik, Non."

Bhiru kembali menatap layar gawainya. Sebelum meninggalkan kantor, ia telah mengirimkan chat pada Pandu. Bhiru memintanya untuk datang ke sebuah cafe di daerah Senopati dan itu tanpa sepengetahuan Ranu yang saat ini tengah mengunjungi keponakan, Archa.

Bhiru ingin menyelesaikan apa yang telah lelaki itu mulai, karena ia telah siap memberikan jawabannya.

Memasuki sebuah Cafe yang telah Bhiru tentukan, Bhiru melihat sosok Pandu yang tengah duduk sendirian sambil mengangguk-anggukan kepalanya dengan ringan. Tampak begitu menikmati alunan musik akustik yang juga menyambut kehadiran Bhiru.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang