Gosip Yang Akhirnya Meletus

6.1K 868 26
                                    

Tiga hari kemudian, perusahaan digemparkan dengan beredarnya gosip tentang pak Ranu yang ternyata adalah gay! Dan Bhiru yakin bosnya itu pasti telah mendengarnya.

Bagaimana tidak? Hampir semua divisi tidak ada yang tidak membicarakannya, terutama dalam divisi marketing yang dipimpin oleh pak Ranu. Walau di pun ruangan terdengar senyap tanpa terdengar kasak-kusuk mengenai gosip itu, tetapi nyatanya begitu ramai di chat grup divisi khusus para cungpret. Bahkan divisi lainnya pun ikut ramai membicarakannya. Dalam sekejab pak Ranu menempati trending topic teratas di perusahaan mereka.

Bhiru yang merasa kesal sekaligus menyesal, mengejar Jono hingga ke rooftop sambil mengacungkan sepatunya. Ia yakin benar Jono lah yang menyebarkannya, karena nama Jono disebutkan sebagai narasumber di grup chat mereka.

"Jono kampreeeet! Jangan lari kamuuuu!!!" Bhiru mengejar Jono yang buru-buru kabur begitu melihat Bhiru yang murka seperti banteng mengamuk.

Sementara Kumala menyusul di belakangnya sambil berusaha menghentikan Bhiru yang sudah terlanjur emosi.

"Sorry Bhi! Sorry, aku khilaf!" Jono menyahut sambil terus menghindari Bhiru yang mulai melemparinya dengan kedua sepatunya dan salah satunya berhasil mengenai punggungnya.

"Bukannya udah aku bilang dari kemaren, jangan bilang ke siapa pun! Aku menyesal percaya sama kamu Jono! Sekarang gara-gara kamu, masa depan kita berdua jadi terancam, begooo!!!" Bhiru berhenti sesaat untuk mengatur nafasnya yang tersengal-sengal sambil menuding Jono.

"Aku bisa bayangkan reaksi pak Ranu deh." Kata-kata Kumala membuat Bhiru semakin gelisah.

"Jadi gimana dong, Kum? Habis ini tamat riwayatku..." Bhiru menjambak rambutnya sendiri dengan gelisah.

"Tapi kayaknya pak Ranu nggak tahu kalo gosip itu dari kamu deh, Bhi." Kumala menyimpulkan dari apa yang ia dengar sebelumnya. "Karena orang satu kantor tahunya dari Jono." Kumala menuding Jono yang juga tengah mengatur nafasnya sambil membungkuk tujuh meter dari tempat Bhiru berhenti.

"Kamu yakin, Kum?"

"Iya, karena di chat grup nggak ada sebut nama kamu barang satu huruf pun kok." Kumala menyimpulkan dari isi chat grup tidak resmi khusus para karyawan perusahaan yang ia ikuti perkembangannya sejak semalam dan menjadi media penyebar rumor pertama kali.

"Aku harap begitu. Kalo nggak, aku bakal nggak punya muka lagi menghadapi pak Ranu..." Bhiru berkata sambil memungut sepatunya yang berpencar ke barat dan ke timur karena habis dipakai untuk menimpuk Jono.

Jono yang tampak masih khawatir Bhiru akan mengamuk lagi, hanya bisa menarik nafas berkali-kali mumpung masih bisa ia lakukan.

"Sumpah, demi simbok di kampung sedikit pun aku nggak sebut namamu Bhi, waktu aku keceplosan cerita sama si Vita HRD. Suer Bhi, aku nggak bohong." Jono menjelaskan berharap Bhiru akan mengampuninya. "Sebut nama Jenar pun enggak," tambahnya dengan yakin.

"Yakin kamu, Jon?" Kumala memastikan Jono tidak salah ingat.

"Suer deh." Jono meringis sambil mengangkat dua jarinya. Ia memang keceplosan bicara tapi untungnya masih sempat menyelamatkan nama Bhiru dan Jenar.

Akan tetapi bukannya merasa lega, Bhiru malah tantrum dan mulai menyalahkan dirinya padahal ia sendirilah yang pertama kali menyebut bosnya itu gay.

"Tapi aku tetap nggak bisa lega, begok!" jeritnya kalut.

"Lalu aku harus berbuat lagi dong Bhi?! Klarifikasi gitu?" Jono mengusap peluh di wajahnya. "Bukannya malah tambah runyam..."

"Tunggu, aku rasa jangan dulu deh." Kumala menanggapi sambil menatap Bhiru dan Jono bergantian. "Menurut firasatku, pak Ranu justru nggak mudah terpengaruh dengan gosip beginian. Percaya deh..."

LOVE WITH [ OUT ] LOGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang