Setelah makan malam dilalui dengan suka cita dan penuh kebahagiaan yang tak terduga oleh Bhiru, Archa tiba-tiba menarik Bhiru agar mengikutinya.
"Kak Bhiru, ayo ikut aku."
"Kemana?" Bhiru mengikuti kemana gadis kecil itu menuju dan ternyata Archa mengajaknya masuk ke kamar Omnya.
"Masuk ke sini, Kak."
"Jangan, Cha. Kakak nggak enak sama Om kamu nanti." Bhiru menoleh ke arah Ranu yang malah tampak cuek dengan ulah keponakannya.
"Boleh kok." Archa menyahut enteng lalu beralih berseru pada Omnya, "iya kan, Om?!"
Ranu mengangguk memperbolehkan dan memberi isyarat pada Archa serta Bhiru. Lagi pula bukan pertama kalinya bagi Bhiru memasukinya. Dahulu Bhiru pernah memasukinya ketika ia meminta Bhiru menyiapkan perlengkapan golf dan pakaiannya secara mendadak.
"Tuh kan boleh. Aku kan udah biasa main-main di kamar Om Ranu." Archa melemparkan dirinya ke atas ranjang milik Omnya. "Tunggu apa lagi Kak? Sini." Archa menepuk kasur agar Bhiru segera mengikutinya.
"Oke." Dengan sedikit canggung, Bhiru memasuki kamar Ranu meski ini bukanlah yang pertama kalinya.
"Deep talk yuk, Kak," cetus Archa sempat membuat Bhiru terperangah heran namun selanjutnya merasa geli. Bisa-bisanya anak SD sepuluh tahun mengetahui istilah yang biasanya berlaku di kalangan orang dewasa.
Sementara itu, sambil menikmati kopinya Ranu membiarkan Archa memonopoli sebagian besar waktu Bhiru untuk bercengkrama bersama. Meski sebenarnya ia sedikit merasa cemburu pada keponakannya itu, ia tetap sengaja mengalah dan membiarkan dua gadis itu mengobrol banyak hal yang bisa ia dengar karena Archa membiarkan pintu kamarnya terbuka.
Dan hal-hal yang membuat Ranu sedikit geli mendengar obrolan mereka dari tempatnya berada adalah kedua gadis itu bisa-bisanya mengobrol begitu seru tentang tokoh-tokoh anime yang mereka sukai, manga yang pernah mereka baca serta aneka soundtrack anime yang sedang digemari Archa. Bahkan keduanya juga berjanji akan melakukan cosplay suatu hari nanti.
Keduanya ternyata memiliki minat dan hobby yang sama, jadi Ranu tidak heran jika keduanya langsung cocok bahkan sejak awal perjumpaan pertama mereka.
Melihat kedekatan mereka, Ranu seolah sedang melihat dua gadis seumuran yang tampak cocok satu sama lain. Bahkan diam-diam Ranu sengaja tidak mengingatkan Bhiru bahwa malam semakin larut dan seharusnya Bhiru memintanya mengantar pulang.
Dua jam kemudian, Ranu mendapati keduanya telah tertidur pulas dengan posisi meringkuk berhadapan bagaikan seorang ibu bersama anaknya. Begitu menakjubkan hingga Ranu cukup lama memperhatikan pemandangan itu sambil bersandar di kusen pintu.
Kalau sudah begitu, Ranu jadi tidak tega membangunkan Bhiru atau memisahkan Archa dari Bhiru. Jadi, ia akan membiarkan Bhiru menginap di apartemennya dan merelakan dengan senang hati kedua gadis itu menguasai ranjangnya.
Setelah perlahan menyelimuti kedua gadis itu, Ranu lalu memilih menikmati jam tidurnya di sofa miliknya yang cukup besar dan nyaman.
Beberapa jam kemudian, Bhiru terbangun dengan kaget karena ia tidak sadar telah ketiduran. Ketika ia membuka gawainya, ia menemukan waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari.
"Astaga! Kok aku nggak dibangunin sih?" Bhiru perlahan memindahkan lengan Archa yang melingkari pinggangnya lalu turun dari ranjang.
Keluar dari kamar, Bhiru melihat Ranu duduk di atas sofa dengan televisi yang masih menyala di hadapannya.
Mas Ranu belum tidur?
Dengan langkah perlahan, Bhiru menghampiri sosok itu hingga ia dapat dengan jelas melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH [ OUT ] LOGIC
Romance"Ta-pi saya sedang sakit, Pak. Uhuk...uhukk..." Bhiru melengkapi sandiwaranya dengan berpura-pura batuk dan berharap pak Ranu akan iba lalu percaya bahwa ia benar-benar sedang sakit dan butuh pengertiannya. "Saya dengar dari Kumala kamu cuma kena fl...