Rasa Tak Terungkap

6.7K 925 36
                                    

Pandu: Bhi, kalo lunch siang ini nggak jadi aja gimana?

Bhiru membaca pesan itu saat berada di pantry, menikmati sarapannya yang terlambat gara-gara pak Ranu. Saat ini ia hanya sarapan dengan segelas susu tawar dan tiramisu shortcake yang sempat ia pesan di Cafe Mia tadi pagi bersama kopi untuk meeting.

Bhiru mengetik balasan dengan cepat sembari menguyah sarapannya.

Bhiru: Kenapa begitu?

Pandu: Siang ini  ternyata ada meeting perusahaan.

Bhiru: Oh ya udah, nggak apa-apa. Masih bisa lain hari.

Bhiru tampak begitu santai menanggapinya. Ia tidak merasa terburu-buru tapi sepertinya berbeda dengan Pandu yang seolah begitu bersikukuh ingin bertemu dengannya lagi. Chat selanjutnya dari lelaki itu kini membuatnya bimbang.

Pandu: Kalo lunch-nya kita ganti jadi dinner nanti malam gimana?

Aduh, dinner?

Bhiru jadi bimbang dan membuat pikirannya berkelana hingga menuju ke dalam isi lemari pakaiannya. Itu berarti ia harus mengenakan pakaian yang bagus tapi sepertinya ia perlu belanja baju baru lagi. Melupakan bahwa dalam satu lemarinya tersimpan belasan baju cantik yang jarang ia kenakan.

Pandu: Kamu keberatan?

Pandu bertanya lagi karena Bhiru cukup lama membalas chat-nya.

Bhiru: Nggak kok. Aku mau.

Pandu: Kalo gitu nanti sore aku jemput langsung di kantormu ya?

Bhiru: Hah? Itu berarti aku nggak perlu mandi dulu nih?

Pandu: Nggak usah. Kita cuma mau dinner di warung pecel lele kok. Jadi kamu nggak perlu mandi segala. Hehehe...

Serius pecel lele?

Bhiru sempat kecewa membacanya. Padahal ia kira awalnya Pandu akan mengajaknya dinner di suatu tempat yang lumayan romantis. Tapi tidak apa-apa, toh hanya dinner sebagai teman bukan lebih. Jangankan ke warung pecel lele, dinner di warteg pun Bhiru tak mengapa.

Bhiru: Oke lah kalo begitu. Jangan menyesal ya kalo ketemu aku yang udah bau asem.

Pandu: Nggak apa-apa. Kamu bau asem sekali pun tetap menggoda kok.

Bhiru kali ini lumayan terkejut membaca balasan Pandu, bekas teman SMA nya itu bahkan mulai berani merayunya. Padahal saat ia mengenalnya dulu di kala SMA, Pandu itu bisa dibilang pendiam meski pun jumlah penggemarnya melimpah ruah dan membuat Bhiru sempat kesulitan untuk mengajaknya mengobrol di sekolah.

Bhiru: Bisaaaa aja kamu.

Pandu: Hahaha...Sampai jumpa nanti malam, Bhiru.

Bhiru meletakan gawainya sambil tersenyum. Akhirnya ia akan bertemu Pandu lagi dan kali ini pasti lebih lama dari pada saat mereka bertemu sebelumnya.

Tak lama kemudian, Bhiru merasa sangat mengantuk. Ia kemudian memutuskan menumpuk kedua tangannya di atas meja, menyandarkan kepalanya di sana dan mulai terlelap. Sepertinya jika ia tidur lima belas menit saja, pak Ranu tidak akan mencarinya apalagi sampai memarahinya.

***

Setengah jam berlalu, entah sudah keberapa kalinya Ranu melayangkan pandangan ke arah kubikel sekretarisnya yang berhadapan lurus dengan ruangannya. Dan lagi-lagi ia tidak melihat gadis itu di kubikelnya.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang