Menginap Lagi

7.9K 928 37
                                    

Bhiru baru saja menyelesaikan makan malamnya ketika pintu kamarnya terbuka nyaris tanpa suara dan pak Ranu muncul di baliknya sambil tersenyum dengan wajahnya yang tampak lelah. Membuat Bhiru entah mengapa merasa sangat lega melihatnya. 

Padahal tadi siang hatinya sempat diserang rasa was-was jika bosnya itu benar-benar datang dan akan bertemu dengan Kumala dan Jono yang tengah berapi-api membicarakan kejahatan pak Ranu meninggalkan Kania.

Beruntung, pak Ranu mengurungkan niatnya meski tanpa kabar apa pun sebelumnya.

Melihat pak Ranu meletakkan ranselnya di sofa, Bhiru bertanya-tanya dalam hati. Apakah bosnya itu akan menginap dan menemaninya lagi malam ini? Jujur, ia senang ada yang menemani di malam hari, tetapi di sisi lain ia merasa sikap pak Ranu terlalu berlebihan padanya. Meski Bhiru tahu jika lelaki itu telah menganggap hubungan mereka berdua bukanlah hubungan biasa antara atasan dan stafnya dan lebih mirip hubungan dekat seperti kekasih, tetapi Bhiru belum berani mengakuinya secara terang-terangan hubungan mereka berdua yang menurutnya masih terasa ambigu.   

Meski demikian ia tidak berani berharap lebih. 

"Katanya mau datang tadi siang?" Bhiru pura-pura menyindir sambil mengusap sudut bibirnya dengan tissue. Padahal yang sebenarnya ia malah lega pak Ranu batal datang tadi siang, karena ia bakal kerepotan menghadapi reaksi Kumala dan Jono yang jelas-jelas memihak Kania.

"Maaf, tadi siang mendadak saya harus antar Archa ke dokter gigi." Ranu menjelaskan sambil duduk di tepi ranjang Bhiru dan melihat Bhiru telah menghabiskan sebagian makan malamnya. Ia cukup lega mengetahui nafsu makan Bhiru ternyata masih lumayan baik pasca operasinya.

"Gigi Archa kenapa, Pak?" Sejak dua minggu yang lalu, Bhiru belum mendengar kabar dari Archa.

"Sakit gigi." Ranu menjawab singkat sambil tangannya meraih obat-obatan di nakas yang harus Bhiru minum setelah makan dan membukanya satu-persatu untuk Bhiru. "Minum obatnya." Ranu menodong Bhiru dengan beberapa butir obat yang telah ia siapkan dan segelas air putih. 

Bhiru terharu menatap pak Ranu. Sebelumnya ia tidak pernah membayangkan bahwa bosnya akan bersikap seperti ini padanya. Sampai melakukan hal-hal kecil seperti membukakan kemasan obat seperti sekarang ini. Perempuan mana pun pasti akan senang diperlakukan seperti ini.

"Makasih, pak. Bapak nggak perlu segitunya sampai bukain satu-satu obat-obatan saya." Bhiru meraih obat lalu meminumnya tanpa ragu sekaligus dan aksinya itu cukup membuat bosnya kagum. Sebab biasanya ada orang yang begitu sulit menelan sebutir obat apalagi harus beberapa butir sekaligus seperti yang Bhiru lakukan tadi.

"Saya cuma ingin kamu cepat sehat lagi." Ranu berkata sambil memindahkan meja yang berisi peralatan bekas makan malam Bhiru ke sudut kamar.

Menatap sejenak wajah pak Ranu yang tampak lelah, Bhiru sebenarnya ingin menghiburnya dengan menyusap ubun-ubun rambutnya, mungkin? Membayangkannya saja, Bhiru merasa geli. Pak Ranu belum tentu senang diperlakukan seperti itu. 

"Bapak kenapa nggak istirahat aja yang banyak di apartemen?" saran Bhiru karena tidak ingin merepotkan pak Ranu terlalu banyak.

"Kenapa kamu malah mengatur saya?" balas Ranu sambil melipat kedua tangannya di dada. Pura-pura kesal. "Saya bos kamu lho?" Dengan gaya alaminya yang bossy. Bhiru tidak heran.

"Saya nggak sedang mengatur bapak kok. Cuma kasih saran. Gitu aja kesel..." Bhiru merendahkan suaranya di ujung kalimat sanggahannya.

"Siapa yang kesal?"

"Bapak tadi kesal?" tukas Bhiru sambil menahan senyum gelinya.

"Saya nggak kesal. Cuma sedih." Ranu lalu memasang wajah merananya.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang