Sabtu pagi, tiba di Changi International Airport bersama pak Ranu dan Archa, Bhiru masih belum bisa mempercayainya bahwa Archa malah memintanya menemaninya ke Universal Studios Singapore! Padahal sebelumnya Bhiru mengira mereka hanya akan jalan-jalan ke Dufan atau paling jauh ke Taman Safari. Bukannya malah lintas negara begini.
Sialnya, sama seperti kelakuan Omnya, Archa pun tidak mau dibantah dan terus meyakinkan Bhiru dengan rengekan manjanya agar mau menemaninya dengan konsekuensi segala akomodasi ditanggung oleh Oomnya, pak Ranu. Tentu saja! Kalau tidak, mana sudi Bhiru ikut?
Dan akhirnya Bhiru pun setuju, toh ia telah berjanji dan harus memenuhinya.
Karena mereka hanya akan menginap satu malam saja di Singapura, Bhiru hanya membawa satu set pakaian tidur dan dua set pakaian ganti untuk esok hari yang dikemas rapi di dalam ransel 35 L miliknya. Begitu pula dengan bosnya dan Archa.
Begitu tiba di Singapura, mereka langsung check-in di hotel yang berada dalam kawasan Sentosa Island serta lumayan tidak terlalu jauh dari USS. Tapi yang membuat Bhiru lumayan lega adalah setelah mengetahui pak Ranu ternyata telah memesan dua kamar bersebelahan tanpa connecting door untuk mereka bertiga. Ia akan menginap berdua dengan Archa sementara pak Ranu sendirian.
Setelah check-in dan istirahat sebentar di hotel, mereka bertiga menuju Universal Studios Singapore dengan taksi.
Mengenakan celana jeans hitam di atas mata kaki dengan t'shirt putih polos lengan panjang, sneakers putih dan bucket hat hitam di atas kepalanya membuat Bhiru di mata Ranu tampak terlihat seperti remaja 17 tahun yang sedang berjalan-jalan dengan adiknya, Archa.
Sementara Ranu sendiri justru tampak seperti om-om ganteng yang sedang mengawasi kedua keponakannya bermain di taman ria.
Setelah berfoto sebentar berdua dengan Archa di depan bola dunia raksasa berlogo Universal Studio, Archa yang sudah tidak sabar lagi menarik Bhiru dan Omnya segera masuk ke dalam.
"Kak, ayo naik rollercoaster!" Dan itu adalah wahana pertama yang diminta oleh Archa ketika mereka baru saja masuk dan melihat lintasan rollercoaster yang menjulang tinggi dan tampak jelas meski dari kejauhan.
"Gimana kalo kamu saja sama Oom?" Bhiru berniat menghindar. Ia bukannya takut dengan tantangan Archa. Ia hanya tidak menyukai rollercoaster.
"Kamu pasti takut." Ranu mencibir nyali Bhiru sambil mengikuti kemana Archa melangkah.
"Siapa yang takut?!" timpal Bhiru tidak mau terlihat kalah sambil mengekor di belakang pak Ranu.
"Kalo begitu, ayoooook!" Archa menarik tangan Bhiru dengan kuat dan membuat Bhiru ingin menangis pasrah saja sebenarnya. Jujur ia juga sedikit takut saat melihat lintasan rollercoaster USS. Tapi bukan berarti ia akan menerima begitu saja dicibir oleh pak Ranu.
Setelah mengantri selama kurang lebih setengah jam, kini giliran mereka bertiga bersama rombongan lain untuk menaiki rollercoaster. Tapi sebelum menaikinya, Bhiru menyimpan bucket hat-nya di dalam tas yang dititipkan.
Mengira ia akan duduk bersebelahan dengan Archa, tetapi nyatanya Bhiru malah duduk bersebelahan dengan pak Ranu. Sedangkan Archa sudah lebih dulu memilih kursinya di depan mereka di samping anak perempuan yang sepertinya sebaya dengannya.
Ketika pengaman telah terpasang dengan aman di tubuhnya, Bhiru berkali-kali menghembuskan nafas karena gugup sambil berkomat-kamit membaca doa. Jujur sebenarnya dia mulai takut, meski ini adalah kedua kalinya ia naik rollercoaster dan pertama kali ia lakukan adalah ketika ia lima belas tahun saat ke Dufan. Jadi wajar jika ia merasa takut tapi bersamaan dengan itu ia juga gengsi disebut penakut oleh bosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE WITH [ OUT ] LOGIC
Romance"Ta-pi saya sedang sakit, Pak. Uhuk...uhukk..." Bhiru melengkapi sandiwaranya dengan berpura-pura batuk dan berharap pak Ranu akan iba lalu percaya bahwa ia benar-benar sedang sakit dan butuh pengertiannya. "Saya dengar dari Kumala kamu cuma kena fl...