Gara-gara Sadako

6.8K 781 9
                                    

Turun dari mobil, Bhiru berjalan mengekor di belakang pak Ranu seperti biasa. Memasuki rumah besar Archa yang seperti biasa tampak lengang, Bhiru mencoba merangkai sebuah narasi minta maaf pada Archa di dalam benaknya. Bhiru benar-benar memikirkannya, karena ia benar-benar menyesal dan tidak ingin Archa kecewa karena keputusannya. Ditambah lagi ia benar-benar menyukai gadis kecil periang itu.

Tapi apa yang akan ia lakukan adalah demi Langit, meski pun sebenarnya ia berat melakukannya. Honor yang lumayan menggiurkan itu terpaksa harus ia relakan melayang.

BUG!

Tiba-tiba Bhiru menabrak punggung pak Ranu yang tiba-tiba berhenti melangkah tanpa aba-aba.

"Aduuuh..." Bhiru mengerang pelan sambil mengusap keningnya yang sakit karena menabrak punggung pak Ranu yang benar-benar sekeras batang pohon. "Kenapa bapak lagi-lagi berhenti nggak pakai bilang-bilang sih?!" Bhiru lumayan kesal karena ini adalah kedua kalinya ia menabrak punggung pak Ranu tanpa sengaja.

Pak Ranu berbalik dengan wajah datar dan menatap Bhiru dengan mata tajamnya yang membuat Bhiru seketika menyesal telah melampiaskan kekesalannya barusan.

"Jalan tuh pakai mata, jangan pakai perasaan," balas pak Ranu sambil meninggalkan Bhiru di ruang tamu sendirian.

Menunggu Archa muncul, Bhiru duduk di sofa. Sama seperti hari sebelumnya saat ia pertama kali bertemu dengan Archa, ia pun harus menunggu cukup lama.

Untuk mengusir rasa bosannya, Bhiru lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dan tiba-tiba saja lampu di ruangan mati. Membuat semuanya menjadi gelap gulita.

"Duh!" Bhiru yang panik segera menyalakan lampu senter di gawainya karena sebenarnya ia takut gelap.

Dan tiba-tiba saja ia melihat seraut wajah menyeramkan muncul tepat di depannya.

Membuat Bhiru sontak menjerit heboh, "AAAAAAAAAAA!!!" sebelum berlari dan ia malah menabrak seseorang hingga ia jatuh terpental ke lantai dengan cukup keras.

"Aduuuuuh..."

Ia pun kini merasakan nyeri yang lumayan hebat dari hidungnya, yang membuat kepalanya pusing.

Kemudian ia mendengar suara Archa memanggilnya dalam kegelapan.

"Kaaak? Kak Bhiru nggak apa-apa? Archa minta maaf ya sudah ngerjain kakak."

Bhiru yang masih duduk di lantai hanya bisa menarik nafas lega yang panjang karena batal melihat hantu tapi malah menabrak sesuatu yang membuat hidungnya sakit.

Lampu di ruangan pun tiba-tiba menyala kembali.

Memperlihatkan dengan jelas sosok pak Ranu yang telah berdiri di dekatnya dan sosok Archa yang malam ini lebih mirip Sadako, hantu anak perempuan Jepang dengan make-up wajah dibuat pucat, wig hitam panjang berponi dan tetesan darah palsu di masing-masing sudut mata.

"Maafin aku ya kaaaak..." Archa kembali mengulangi ucapannya sambil jongkok di samping Bhiru yang tengah merasakan pusing di kepalanya.

Tapi kemudian Archa terperangah kaget melihat hidung Bhiru yang telah mimisan.

"Kak Bhiru mimisan, Om!" seru Archa membuat Bhiru panik dan langsung menengadahkan wajahnya ke atas.

Akan tetapi usahanya itu dihalangi oleh Pak Ranu yang jongkok di depannya dan menarik wajah Bhiru agar menghadap ke arahnya serta menjepit cuping hidung Bhiru dengan dua jarinya untuk menghentikan mimisan. Meski pun caranya itu membuat Bhiru sempat kesulitan bernafas hingga ia harus membuka mulutnya untuk bernafas.

"Tolong ambilkan tissue di meja, Cha!" pinta pak Ranu dengan tegas untuk mengusap darah mimisan yang sudah terlanjur mengucur hingga ke bibir dan dagu Bhiru. "Ambilkan es juga di dapur, untuk kompres!"

LOVE WITH [ OUT ] LOGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang