Lia menikmati hari di Solo seperti hari healingnya. Wisata untuk menghela perasaan-perasaan beratnya selama beberapa minggu ini. Kurniawan sejak tadi entah kemana. Ia hanya sarapan bersama Bu Tyas, yang obrolannya sangat tidak nyambung. Bu Tyas adalah sosok wanita separuh baya sosialita. Sangat berbeda dengannya yang buta barang branded.
"Ma, aku izin pakai motornya Mas Kurnia ya. Mau jajan" pamit Lia
"Hati-hati" jawab Bu Tyas tanpa melihat penampilan Lia dan peduli ke mana menantunya itu akan pergi.
Lia bergegas mengendarai motor Vespa milik sang suami. Berbekal Google Map untuk menuju tempat-tempat asik penjual makanan.
Lia yang tengah menunggu lampu berubah menjadi hijau terlalu fokus menatap pasangan yang sedang mengobrol asik di jendela kafe seberang. Lampu berubah hijau, sudah cukup beberapa kendaraan di belakangnya mengklakson agar Lia segera melaju. Lia sedikit agak kekiri untuk mendahului sepeda motor depannya. Tak disangka dari arah belakang motor matic dengan bodi yang agak besar melaju. Sehingga menabrak motor Lia lumayan keras. Kesadaran Lia hilang, badannya agak terpelenting jauh. Ia hanya melihat beberapa orang berusaha menolongnya yang tergeletak dengan motor di depannya. Tangannya terasa kebas, kepalanya pusing seperti dilanda shock yang sangat berat, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.
****
Sudah lebih lama sejak menyaksikan keponakannya ditabrak mobil. Kurniawan hari ini harus merasakan perasaan sialan itu kembali. Perasaan cemas, khawatir, marah, dan sebal. Mendapatkan perempuan yang beberapa waktu lalu ia nikahi ada di posisi serupa. Sejak tadi keringat tak berhenti mengucur di wajahnya, jantungnya terus berdegup kencang.
Berkali-kali ia termenung menatap tangan kanan yang kini berbalut perban itu. Operasi baru saja selesai, mengantarkan perasaannya yang tak kunjung membaik sebelum menatap netra Lia terbuka.
"Gimana sakit yang mana?" Tanya Pak Riyandi pada menantunya begitu kelopak mata Lia perlahan terbuka.
Lia yang masih kebingungan ada di mana, mencoba sedikit beradaptasi dari kesadarannya. Menatap ke arah kirinya, Kurniawan tengah memperhatikannya seksama, di ruangan ini hanya ada dirinya, Kurniawan, dan Pak Riyandi.
Kurniawan beranjak keluar ruangan memanggil dokter untuk memeriksa Lia. Tak lama kemudian dokter bersama seorang suster memasuki tempat Lia dirawat. Mengecek keadaan Lia, mengangkat lengan kanan Lia yang terasa panas dengan perban tebal mengelilinginya.
"Keadaan sudah membaik, Mbak Lia sudah sadar. Saya resepkan obatnya nanti ditebus di bawah. Paling butuh dua atau tiga hari lagi untuk bisa pulang"
Pak Riyandi dan Kurniawan mengangguk paham.
"Kalau ini kenapa?" Tanya Lia pada dokternya
"Lengan atasnya mengalami patah, Mbak. Makanya pasti sekarang sedang seperti panas, kesemutan, dan nyeri."
Memangnya ada yang biasa-biasa saja setelah mengerti bahwa bagian tubuh mereka mengalami kerusakan? Lia terdiam. Ia membayangkan aktifitasnya ke depan yang tidak mampu ia jalani dengan baik setelah melihat lengannya.
"Gapapa, nanti sama fisio biar cepat sembuh" hibur Pak Riyandi pada menantunya.
"Motor Mas Kurnia gimana?" Tanya Lia khawatir begitu sadar jika motor sang suami pasti keadaannya tidak baik-baik saja
"Jangan pikirin motornya"
Pak Riyandi mencoba menenangkan Lia yang sedikit panik. Sementara Kurniawan tidak mengeluarkan sepatah katapun mengetahui Lia sudah sadarkan diri. Ia berdiri di samping sang ayah."Papa pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa suamimu itu." Lirik Pak Riyandi pada Kurniawan
Lia tersenyum tipis. Ia tak dapat membayangkan satu ruangan dan membutuhkan bantuan kepada Kurniawan. Sementara pria itu bahkan tidak mengeluarkan kata sedikitpun. Lia harus berharap apa? Wajah yang dipuja banyak wanita itu terlihat datar, tidak menampilkan ekspresi khawatir mengetahui dirinya mengalami kecelakaan. Tenggorokan Lia kering, ia berusaha menggapai gelas di atas meja kecil, namun langsung diambil alih oleh Kurniawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripuh
General FictionMenjadi seorang yang tidak mudah dicintai tak pernah ada direncana hidup Nurmalia. Hingga ia memutuskan untuk tidak menargetkan diri mendapat pasangan. Kebahagiaan hidupnya bukan untuk menikah. Tapi apa jadinya jika anak teman ayahnya, memilih untuk...