Satu hal tentang hidup seorang anak yang lebih berat adalah mendapati orang tuanya tidak sehat. Begitu pula yang dirasakan oleh Lia saat mendengar Riko bercerita tentang keadaan sang bapak. Kurniawan meminta mertuanya itu untuk dirujuk setelah diberi anjuran oleh dokter untuk dilakukan tindakan pada kelenjar prostat.
Riko menyampaikan melalui panggilan, mengabarkan bahwa sudah empat hari bapak Lia berada di rumah sakit. Sedangkan Pak Kiswanto sendiri meminta agar Kurniawan segera ke Jogja untuk menemaninya.
“Mbak Lia, bapak selama di sini lho gamau diseko Mbak Lulu, dibantu Ibu makan juga ga mau. Minta Mas Kurnia jenguk ke sini”
*dikompres“Minta dokternya, rujuk ke Solo. Kalau ga tak jemput aku sekarang” kata Kurniawan yang berada di samping Lia
Bukan Lia yang menjawab, melainkan pria di sampingnya memberikan penegasan agar sang bapak dipindah ke Solo. Hal ini tidak lain adalah agar Kurniawan bisa membantu mengawasi dengan mudah.
Tidak pernah terpikir sedikitpun di benak Lia jika dirinya akan menggantungkan diri pada orang lain segini dalamnya. Ada perasaan lega sekaligus haru di dadanya. Anak pertama yang biasa dilimpahi tanggung jawab keluarga kini mendapat sebuah perhatian khusus oleh anak terakhir.
Kurniawan meletakkan ponsel yang sempat ia ambil dari tangan Lia. Beralih mendekap bahu sang istri, melarikan bibirnya ke pelipis yang sedikit tertutup helaian rambut. Mengecupnya beberapa kali seolah menyalurkan rasa sayang. Afirmasi keberadaan pemilik bahasa perasaan physical touch.
“Dia juga sudah menjadi orang tuaku, Yaa.. aku tahu awakmu mesti khawatir meskipun tidak ngomong apa-apa ke aku” kata Kurniawan
“Makasih” ucapan terimakasih yang Lia ucapkan sedikit bergetar
“Jangan banyak pikiran kasihan adeknya, biar aku wae” kata Kurniawan menenangkan biar bagaimanapun, apa yang terjadi dalam hidup Lia adalah tanggung jawabnya.
Kebanyakan orang tua bertindak tanpa bisa sang anak ketahui betul apa yang diinginkan. Tapi selama bisa mengupayakan yang terbaik, Kurniawan akan mengusahakannya. Entah itu orang tua kandungnya maupun orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan Lia.
“Merawat hubungan pernikahan bukan tentang kamu dan Kurnia saja. Ada Mama, Ayah, Bapak, Ibukmu, keluargamu di Jogja, saudara-saudara.. tidak harus selalu baik saja dan tidak akan selalu baik. Tapi sing mesti usahakan jangan sampai rusak dan berpengaruh ke hubungan kalian” pesan Bu Tyas saat mengetahui Lia masih belum bisa berhubungan baik dengan Ibunya.
“Cuma kadang mikir mawon, Ma. Kok ada orang tua yang tega. Kalau begini, aku juga ga minta dilah...”
“Jangan begitu, kamu itu anugerah sama seperti yang sedang kamu kandung. Aja ngomong sing kaya ngono”
*Jangan bicara seperti itu***
Sepasang suami istri tengah berada di kamar, bersiap menuju rumah sakit. Sang istri sibuk mengambil gambar dirinya yang telah selesai berdandan, lengkap dengan perutnya yang membuncit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripuh
General FictionMenjadi seorang yang tidak mudah dicintai tak pernah ada direncana hidup Nurmalia. Hingga ia memutuskan untuk tidak menargetkan diri mendapat pasangan. Kebahagiaan hidupnya bukan untuk menikah. Tapi apa jadinya jika anak teman ayahnya, memilih untuk...