Bayi Besar

11.7K 689 21
                                    

"Mbak Lia saya lihat sarapan bersama siapa ya tadi" tanya seorang ibu dengan gamis berwarna ungu di depan Lia. Lia tengah berada di resto untuk menyantap menu makan siangnya. 

"Oh suami saya.. iya dia nyusul" jawab Lia malu-malu

"Ahh.. asyiknya" komentar ibu lainnya

"Apa ga pernah suami melarang kerja, Mbak?"

Lia tersenyum. Kurniawan bukan lelaki yang seperti itu sebenarnya. Ia bahkan pandai mengurus diri sendiri. Bahkan jika dipikir-pikir pria itu pasti akan lebih senang melihatnya punya berbagai kesibukan.

"Syukurnya sih enggak. Malah sekarang saya mengurus keuangan 3 cafe milik suami saya sendiri. selama dia sekolah lagi. Mama mertua saya juga ngasih saya banyak peluang untuk terus terlibat di sini. Usaha berbasis sosial yang Mama bangun ini kan sudah lama ya, kebetulan dulu keluarga saya punya produksi furniture yang juga sempat saya urus. Baik-baik saja sih buk, asal anak juga lagi ga nakal." 

"Aduuh enaknya punya mertua orang punya.."

"Bukan masalah punyanya sih buk, banyak yang diberi kemewahan secara materi tapi tidak diberi izin untuk mengembangkan diri dan bekerja.. dan itu gak papa. Saya beruntung karena suami saya tidak begitu, dia malah kadang kalau saya di rumah saja kasihan haha. Mungkin tahu kalau yang membuat saya senang itu bekerja"

"Anaknya umur berapa, Mbak?"

"Satu tahun"

"ASI eksklusif?"

Lia mengangguk

"Kapan-kapan kalau ke Solo bilang, Buk. Mampir ke tempat saya" ujar Lia ramah

"Siap, Mbak. Tapi kita biasanya rombongan"

"Ga papa, main kalau rame malah asik"

"Maaf kepo loh, Mbak. Kalo punya suami pinter gitu, ndak yo pernah nek ribut gara-gara duit?" ibu-ibu dengan kerudung motif bunga berwarna pink bertanya.

Lia tersenyum sebelum akhirnya mengangguk paham. Rumah tangga dan uang tentu tidak akan pernah selesai dibahas.

"Setiap rumah tangga pasti punya masalahnya sendiri, Buk. Namanya dua orang. Saya justru yang harus belajar dari ibu-ibu yang ada di sini."

"Ahh nggak, Mbak. Kita yang justru harus tahu gitu lho. Kepriye rumah tanggae wong pinter

Melihat betapa antusiasnya ibu-ibu di meja ini, sungkan bagi Lia untuk tidak menjawab pertanyaan mereka. Padahal sebenarnya ia malu, rumah tangganya belum lama untuk bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi rumah tangga lainnya.

"Ya pasti selalu ada masalahnya, Buk. Dua orang. Dua penghasilan. Mengurus satu rumah. Dua kepala mengelola uang bersama, adaaaa aja perkaranya. Mungkin beruntungnya lagi, saya selalu terang-terangan sekali membahas uang. Saya tahu bahkan barang 50 ribu yang suami saya keluarkan untuk membeli rokok. Tapi tidak saya larang, selama masih kebutuhan dan wajar. Saya anggap itu biasa. Uang itu sensitif, pinjam 100 saja bikin putus" jawab Lia

"Tapi kan enak, Mbak. Uangnya ada. La nek lagi ga ada?" tambah ibu di samping kerudung bunga-bunga

Lia kali ini ingin berhenti, jujur ia belum ada di posisi ini. Kurniawan selalu memenuhi segala kebutuhannya. Ia belum pernah berada di tempat terendah untuk urusan keuangan di rumah tangganya. 

Ia mengambil jeda sebelum menjawab, tangannya menggapai ponsel yang tiba-tiba menyala, ada sebuah notifikasi pesan masuk.

Sayang ke kamar bentar sebelum kelas lagi dong :'

"Buk, maaf izin duluan ya. Maaf sekali, sampai jumpa di kelas nanti" pamit Lia sungkan

"Yahhh sayang banget, Mbak. Lagi asik ini"

RipuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang