Hari berjalan seperti biasa, bengkel mebel milik keluarga Lia berkembang lebih cepat. Kurniawan dengan kemampuannya akhirnya mampu memberi warna dan ide agar produk yang mereka produksi menembus pasar baru. Beberapa kali Kurniawan harus bertentangan dengan Lia tentang ide-ide yang ia punya. Hingga pada ujungnya Lia ikut pasrah, sebab minimnya dunia bisnis yang ia tahu.
"Mbak Lia sudah jarang banget kesini.." kata Kukuh staf bagian keuangan menyapa Lia
Lia memang jarang sekali pergi ke mebel, hampir semua urusan mebel ia serahkan pada Kurniawan. Selain karena ia tak terlalu mengerti bisnis, ia juga fokus melakukan hal yang mau ia capai."Bukannya pada seneng kalau aku ra rene ya? Denger-denger pada lebih seneng sama Mas Kurnia" goda Lia pada karyawannya
*gak kesini"Ya tidak begitu, Mbak"
"Hari ini Mas Kurnia ga kesini. Jadi aku yang kesini"
"Oalah pantes.. Ehh, Mbak Lulu dan Bu Ambar tempo hari kesini, Mbak"
Lia mengernyit bingung mendengar laporan dari Kukuh
"Hah? tumben"
"Gatau, bawa makan siang untuk anak kantor. Anak produksi juga dikasih jajan pasar" Riko ikut mengkonfirmasi pernyataan staf Lia tersebut
"Kamu yang nganter?" tanya Lia pada Riko yang hari ini ikut bersamanya
"Iya. Mbak Lia sama Mas Kurnia pas makan di Raminten terus pulang agak maleman itu"
Lia mengangguk paham, mengingat hari dimana ia menemani Kurniawan yang memenuhi undangan taman waktu kuliah untuk makan. Kurniawan akhirnya diajak meninjau lokasi yang rencananya akan dibeli dan dijadikan rumah oleh temannya. Sehingga mereka pulang larut.
"Ohh iyaa" Lia mengangguk
Obrolan selanjutnya berisi seputar produksi dan laporan beberapa pasar yang sudah mampu ditembus. Lia tersenyum melihat perkembangan usaha keluarganya saat ini. Kurniawan benar-benar menjadi orang yang sangat tepat menangani berbagai masalah yang mereka alami.
"Encer banget otaknya ya. Jadi pengen tak cium" batin Lia tersenyum melihat laporan hasil penjualan yang naik
"Ga sia-sia ya, Mbak. Dapet suami yang top gini" goda Riko pada Lia yang sejak tadi ia perhatikan tersenyum puas
"Iyolah. Paket lengkap kan, Ko? Untungnya ga di aku doang"
Riko mengangguk menyetujui. Mimpinya melihat salah satu sosok kakak yang ia sayang bahagia, sudah terwujud. Baginya melihat Lia hari ini yang lebih hidup dengan perasaan-perasaan kasih dan butuh laki-laki menjadi sebuah kebahagiaan sendiri.
***
Seminggu ini Kurniawan jarang berada di mebel, setiap harinya lelaki yang sah menikahi Nurmalia Mega Kinanthi ini lebih banyak menghabiskan waktu di jalan. Meeting dari satu tempat ke tempat lainnya. Lia bahkan hanya tahu jika suaminya sedang berencana bisnis baru. Tentang perkembangan bisnis itu, Lia sama sekali tak tahu. Komunikasi menjadi jarang, kadang Kurniawan pulang larut saat Lia sudah terlelap. Berbeda dengan hari ini, Kurniawan kembali ke rumah Pak Kiswanto saat jarum jam menunjuk ke angka lima sore.
Coba dengarkanlah sumpahku
Janji suci dari hati"Aku cinta kamu..."
Lagu yang mengalun dari speaker bluetooth di kamar Lia tergantikan suara seorang pria. Kurniawan menyambung sebaris lirik Aku Milikmu dari Dewa 19 yang sedang diputar di kamarnya. Senyum terbit dari bibirnya mendapati sang istri menoleh ke belakang. Perempuan dengan hot pants dan kaos over size itu tersenyum balik, mendapat sebuah kecupan di pipi dan usapan di bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripuh
General FictionMenjadi seorang yang tidak mudah dicintai tak pernah ada direncana hidup Nurmalia. Hingga ia memutuskan untuk tidak menargetkan diri mendapat pasangan. Kebahagiaan hidupnya bukan untuk menikah. Tapi apa jadinya jika anak teman ayahnya, memilih untuk...