Cemburu

9.9K 791 18
                                    

"Urusan perabotan dan wangi-wangian, kuserahkan pada seleramu yang lebih maju, tapi tata ruang, aku ikut pertimbangkan.. karena kalau..."

Kurniawan menjeda lagu yang tengah ia nyanyikan dengan nada biasa itu. Mendadak ia lupa lirik. Maafkan jika di umurnya sekarang, pikirannya terlalu bercabang untuk fokus pada lirik yang beberapa hari ini ia dengarkan terus-menerus.

"Nanti kita punya kesibukan.. malam tetap kumpul di meja panjang, ruang makan kita.." lanjut Lia yang tiba-tiba berada di belakangnya, memeluk dada tegap Kurniawan, memperhatikan bagaimana pria itu memetik gitar dengan sedikit amatir. Bisa Kurniawan akui jika suara Lia terbilang lebih sopan dibanding miliknya. Maklum, meskipun sekarang hanya berada di rumah, tetap tidak bisa dipungkiri bahwa mantan penyiar sekaligus MC ini tentu pernah menyentuh teknik olah vocal.

"Berbincang tentang hari yang panjangggggggg...." Lanjut mereka bersama

Sore terlalu menyenangkan setelah Lia memutuskan berhenti menata ruangan. Pindahan dan drama beruntun yang tak kunjung selesai kadang membuat Kurniawan cemburu. Pasalnya pria itu hanya akan mendapati Lia yang mondar mandir kesana kemari, mengeluarkan barang, membersihkannya, lalu meletakkan di tempat yang istrinya itu pandang pas. Ilmu menata Lia yang sedikit lebih mending memang bisa Kurniawan akui hasilnya.

Belum lagi barang-barang yang mulai berdatangan. Entah penghuni dapur, kamar mandi, atau sudut mana saja di rumah mereka. Kurniawan kadang merasa lelah sendiri melihat sang istri sibuk menata rumah, sedangkan ia tidak bisa membantu karena sibuk dengan usaha barunya.

"Akkk..." Pinta Kurniawan begitu menyadari wanitanya tengah mendorong isi yogurt, beberapa waktu lalu sebelum ia tahu rasanya ia caci bentuknya yang lumayan padat. Hingga akhirnya setelah ketagihan, sang istri menghukum untuk segera dibelikan satu pack yogurt merk tersebut.

"Jadi suka lagu ini aku, Ya" kata Kurniawan setelah meletakkan gitar yang ia pegang, diganti dengan menarik tubuh Lia untuk duduk di pangkuannya

"Kaaannn" jawab Lia kesal

"Waktu denger kamu nyanyi pas mandi, liriknya kayak aneh... Pas aku cari.. kok nyambung banget sama kita"

Lia terdiam sebentar, menghentikan aktivitas menyuapi yogurt bergantian dengan Kurniawan.

"Tapi kalau di kita kan... Yang usaha kamu"

"Maksudnya??"

"Itu pas lirik, 'kita usahakan rumah itu'... Di kita kan harusnya 'aku usahakan rumah itu'.. kamu doang yang usaha buat rumah ini" kata Lia yang entah mengapa mendadak agak bernada sedih. Kurniawan yang paham atas kekecewaan kerjasama yang tidak Lia ikuti, lantas mendekap pinggang Lia erat.

"Kamu ga partisipasi di usaha rumahnya... Tapi kita kan kerja sama buat mewujudkan isi rumahnya.. bikin rumah ini rame bareng ya" bisik Kurniawan tepat di bawah tengkuk Lia. Sang istri terdiam mencerna kalimat tersebut.

"Iiiih mesumm" tegur Lia begitu paham arah pembicaraan ini

"Ya maklumlah, Sayang... Cah lanang og"
*Anak cowok kok
kata Kurniawan terkekeh pelan

"Di bagian itu kan emang kita harus kerjasama, partisipasi kamu malah akan lebih besar, lebih mahal dari harga rumah ini, aku kan cuma..."

Cup

Metode penghentian kata dalam hubungan ini Lia tempuh begitu mengerti kemana tujuan kalimat Kurniawan. Kurniawan terkekeh melihat wajah sang istri memerah.

"Ngasih kecupan udah sering aja masih merah"

"Ini aku ga suka ya diledekin terus" Lia bersiap untuk kesal

"Iya-iya... Makanya jangan ngerasa ga lakuin apa-apa.. sini cium lagi"

"Iiihh modusnya.. makan yuk!" Ajak Lia untuk masuk rumah, Kurniawan masih enggan untuk ikut beranjak.

RipuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang