Di luar vila hujan turun, pasangan yang sepakat berada di Bali hingga 3 hari ke depan tampak duduk bersandar di kepala ranjang. Mereka baru saja pindah ke Uluwatu untuk meneruskan agenda bulan madu mereka.
Tangan Lia sibuk mengedit beberapa video Kurniawan dan kebersamaan mereka pada sebuah aplikasi. Sementara lelaki yang berstatus sebagai suaminya tengah sibuk membalas chat dengan rekan kerjanya.
“Aku besok pagi mau ikut kelas yoga ah.. boleh kan, Mas?”
“Hemm”
“Kok hem doang??” tanya Lia kesal
Kurniawan tak menoleh sedikitpun, jarinya sibuk berbalas pesan
“Bentar ya Bu Lia, ini Bapak Kurnianya sedang membalas pesan dari teman”
“Hahahah" bahu Kurniawan ikut bergetar sebab tawa Lia
Perempuan yang sejak tadi mengusik kegiatan suami dengan pertanyaan akhirnya terdiam sebentar setelah berhasil memotong satu bilah video yang berisi Kurniawan yang tengah berjalan ke arahnya di pantai.
“Kadang aku suka merasa kalau semua ini kayak ngimpi, Mas....”
“Apane?”
*apanya?Kurniawan mengernyitkan dahi lalu meletakkan ponselnya di samping bantal, bergerak memperbaiki posisi berbaringnya dengan kepala di atas pundak sang istri dan kedua tangan yang memeluk pinggangnya.
“Kita ini.. “ jawab Lia seraya menunjuk dada miliknya dan milik Kurniawan
“Ada yang nikahin aku.. Ada yang mau menggenggam tangan aku. Ada yang ngasih kabar, sun pipi aku, jemput aku, nyuruh aku pulang. Bahkan detik aku memasrahkan semua yang aku punya, aku mikirnya kayak ga bakalan ada yang ambil...”
“Heehh enak aja ga mau diambil” balas Kurniawan cepat dan pura-pura galak
“Ya habisnya kamu datangnya lama sih, tunggu aku 32 tahun” kata Lia sebal
Kurniawan diam sebentar guna memilah kalimatnya. Meskipun sedang bercanda, mengobrol dengan istrinya jika tidak dipertimbangkan pemilihan kata dan pengandaiannya dapat berakibat masalah yang serius di kemudian hari.
“Ya maaf.. jalan-jalan dulu akunya hahha”
Dibanding membalas kekesalan Lia dengan kalimat serius, Kurniawan memilih untuk menanggapinya dengan gurauan.
“Itu kan malah becandaaa.. ihhh aku seriuss. Tak jiwit nihh” kesal Lia bersiap mencubit perut rata suaminya
*cubit“Ampunn dong.. moh ah!” tegas Kurniawan menolak tangan Lia yang siap mencubitnya
*gak mau“Maksudnya.. Aku juga harus nyiapin ini itu sebelum serius, Yaaa.. semua orang punya prosesnya sendiri-sendiri. Masa istriku aku kasih makan udara, ga usah aku kasih kalau begitu, sudah dikasih Tuhan”
Lagi-lagi isi kepala Lia mendadak penuh pertanyaan yang siap ia lontarkan pada Kurniawan agar pria itu menjawab dengan jujur. Babak awal pernikahan ini memang seperti permainan truth or dare.
“Kamu kan ga pernah kekurangan, Mama aja dulu pernah bilang bisa liburan ke luar negeri tiap minggu. Masa kamu perlu nyiapin juga”
“Yaampunn.. hahah. Kamu tu aneh, Mama bilang gitu?? ya ga liburan tiap minggu juga kali sayang. Mahal..”
“Mama bilang gitu..”
Kurniawan yang gemas dengan ekspresi istrinya memilih melampiaskan kegemasannya dengan tak henti-henti mengecup pipi yang sejak tadi terlihat memerah. Berduaan dengan sang suami ternyata menimbulkan panas di pipi Lia. Entah karena belum terbiasa atau disebabkan perasaan lainnya. Perasaan nyaman karena memiliki seseorang yang mampu menjawab satu persatu keluh kesahnya. Sebagai seorang yang amatir soal asmara, perasaan-perasaan begini baru ia rasakan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripuh
General FictionMenjadi seorang yang tidak mudah dicintai tak pernah ada direncana hidup Nurmalia. Hingga ia memutuskan untuk tidak menargetkan diri mendapat pasangan. Kebahagiaan hidupnya bukan untuk menikah. Tapi apa jadinya jika anak teman ayahnya, memilih untuk...