"Seharian ngapain?" tanya Kurniawan setelah selesai mandi
Seharian ini Kurniawan melakukan aktivitas di luar rumah. Sejak pagi ia sudah disibukkan dengan beberapa pertemuan teman lainnya. Sorenya ia harus ke bengkel untuk meninjau proses produksi."Gak ngapa-ngapain. Tadi bikin cireng aja, pengen banget. Terus tanganku kena minyak"
"Kok isoo?" Komentar Kurniawan
"Namanya juga goreng"
"Nggorenge sambil jempalitan" tambah Bu Ambar yang tak sengaja lewat dari arah luar menuju kamarnya
"Enak aja.. emang lagi ga bener aja" bela Lia
"Le bapak kok suka kopi buatanmu to. Coba dong bikin lagi" Pak Kiswanto meminta sang menantu untuk membuat kopi seperti tempo kemarin.
"Nggih, Pak"
"Lah emang apa bedane sama bikinan Kula pak?" Tanya Lia tak mau kalah
"Mbuh aromane sedep banget, gulane ya pas" katanya
"Puji terus" batin Lia mencaci
Lia tersenyum menyaksikan Kurniawan bergegas ke dapur untuk membuatkan kopi pesanan Pak Kiswanto.
"Jadi istri yang baik, bikin kopi yang enak buat suami. Bukan suaminya yang pinter bikin kopi." Kata Bu Ambar yang sama-sama sedang duduk di meja makan menegur Lia.
"Lah emang bikin kopi itu tugas istri aja. Di angkringan sama cafe-cafe sik bikin mas-mas kok" jawab Lia
"Pie to cah iki"
"Memang benar kan, tidak ada perintah atau kewajiban istri untuk bikinin kopi suaminya." Lia masih saja kokoh dengan pendiriannya tentang ini. Bu Ambar yang sudah paham dengan tabiat putri sulungnya mengalah dan memilih untuk tidak melanjutkan kalimatnya lagi.
"Ohhh iya kok sampe lupa aku, Pak. Ternyata hari akadnya Wira itu hari Minggu ini. Pantes mau wes mambu gorengan brambang"
"Jebul wes cedhak to, yo syukur nek ngono" kata Pak Kiswanto
Wira adalah anak sodara jauh Pak Kiswanto, ibu pengantin pria itu memanggil Pak Kiswanto dengan imbuhan "Kang" yang artinya "Kakang" atau kakak. Bapaknya Pak Kiswanto adalah kakak tertua dari Ibuknya Bu Yati, Ibunya Wira. Kalau dalam Jawa, anak nom anak tua.
Goreng brambang sebelum menghadapi pesta pernikahan adalah upaya mengurangi pekerjaan sinoman jauh-jauh hari. Persediaan bawang goreng harus cukup mengingat banyak hidangan yang akan tersaji untuk para tamu menggunakan taburan bawang goreng.
"Aku kesanane pas nganten aja deh" kata Lia berkomentar
"Lho kok ngono, wong bapak saja disuruh ikut among tamu"
"Kan bapak bukan aku"
Lia memang terbilang cukup malas untuk berbaur dengan banyak orang. Terlebih ini pernikahan saudaranya, kalau bisa ia tak akan datang. Rasanya diumurnya yang sekarang, Lia hanya ingin menikmati hidupnya sendiri tanpa penilaian orang lain. Jelas hal ini tidak bisa ia wujudkan dalam kondangan keluarga besarnya.
***
Hari itu akhirnya tiba, Lia harus bersiap untuk berangkat kondangan bersama Kurniawan tentunya. Sejak pagi mereka sudah berencana ikut rombongan ke rumah pengantin putri untuk menyaksikan akad nikah mereka.
Balutan kebaya dan celana kulot silk warna cream Lia pakai senada dengan Kurniawan yang hari ini tampak memakai batik miliknya. Pria itu bahkan tercium wangi dengan parfum yang tidak biasa ia pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripuh
General FictionMenjadi seorang yang tidak mudah dicintai tak pernah ada direncana hidup Nurmalia. Hingga ia memutuskan untuk tidak menargetkan diri mendapat pasangan. Kebahagiaan hidupnya bukan untuk menikah. Tapi apa jadinya jika anak teman ayahnya, memilih untuk...