Romantis Tipis

9.3K 696 12
                                    

"Mas, kamu pernah keberatan ga aku kadang males nyuci. Aku nyuci baju kadang jam 4 pagi. Terus sering ga siapin kamu kopi. Aku sering jajan seblak?" Tanya Lia tiba-tiba

Suasana rumah Pak Riyandi sudah lebih sepi dari biasanya. Bu Tyas beranjak ke kamar sejak pukul setengah sembilan tadi. Sedangkan Pak Riyandi tengah berada di Semarang untuk menghadiri acara.

Lia dan Kurniawan duduk di meja makan setelah memastikan Abi terlelap. Di depan gelas berisi air putih, tersandar sebuah ponsel yang terhubung dengan cctv di kamar mereka untuk memantau pergerakan Abi.

"Gak sih, sejak awal menikah saja aku ga pernah ribetin kamu sama hal-hal yang ada di rumah, kan? Mau kamu masak atau beli, juga ga masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gak sih, sejak awal menikah saja aku ga pernah ribetin kamu sama hal-hal yang ada di rumah, kan? Mau kamu masak atau beli, juga ga masalah. Aku malah kadang sedih, kamu sampe nyuci subuh-subuh, saking sibuknya dari siang"

Kurniawan menyesap kopi dari gelas plastik yang ia beli tadi sepulang kerja. Lia mengangguk.

"Kalau kita pulang lagi, gimana?"

Mengalihkan perhatian dari layar ponselnya.  Kurniawan menatap Lia penuh penjelasan.

"Maksudnya?"

"Pulang, ga tinggal di sini lagi" kata Lia

"Serius?"

"Iya, aku kadang sedih kalau lihat Mama ikutan bangun pas Abi nangis. Padahal siangnya bantuin aku jaga juga"

Kurniawan menimbang permintaan sang istri. Bukan tidak tahu, ia tentu paham jika sang Mama ikut kewalahan menjaga Abi. Tapi masalahnya ia tahu jika orang tuanya teramat menyukai kehadiran Abi di rumah ini.

"Mana aku kadang ketiduran pas siang gara-gara malamnya begadang, Abi ga mau tidur di box lagi pas kebangun. Ga enak siangnya Mama jagain tapi aku tidur"

"Jadi kamu ga enak kalau tidur siang di sini?"

"Bukan gitu, Mas. Aku ga mau ngrepotin Mama terus. Dari pas pulang, ngasih nama, sampe sekarang aja perlengkapan semua dikasih Mama"

Lia tidak mau Kurniawan menganggapnya tak bisa leluasa tidur siang di sini.
Kurniawan menatap Lia sedikit dalam seraya menggelengkan kepala.

"Bukan dikasih, biar bagaimanapun Mama itu neneknya Abi. Mau beliin apa saja juga sah. Kita sebagai anak jangan menolak"

Pria yang baru beberapa bulan menjadi bapak itu menyusul sang istri yang lebih dulu pindah ke sofa ruang tengah.
Tangannya bersandar di lengan sofa, memberi usapan kecil pada rambut Lia.

"Udah lama ga setenang ini" gumam Lia bersandar penuh pada dada sang suami. Persoalan pindah belum selesai tapi mereka sama-sama diam tak meneruskan. Lia juga bingung bagaimana menjelaskan pada Bu Tyas tentang kepindahannya. Barang yang mereka bawa juga tidak sedikit, tentu akan memakan waktu dan tenaga yang banyak.

Kurniawan tersenyum tipis, membetulkan ucapan sang istri. Sesekali pandangannya menjelajah ruang tengah rumah orang tuanya. Beberapa bagian berubah karena kehadiran Abi di rumah ini. Ada karpet kecil di pojokan ruangan yang lengkap dengan seat kecil untuk meletakkan sang putra. Di dapur telah ditambahkan rak kecil berisi semua peralatan minum susu bayi. Rumah ini sudah beradaptasi menjadi rumah yang baik untuk keluarga kecilnya selama kurang lebih tiga bulan.

RipuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang