New Normal

9.4K 700 6
                                    

"Kok udah pulang?"
"Huum"
"Terus Riko ga diajak masuk dulu?"
"Enggak.." jawab Kurniawan santai
"Pie too.."
"Kalau ada tamu kan bisa Mas disuruh masuk dulu.. duduk.. Riko bolak balik kan berarti hari ini?"

Kurniawan dengan lesu mengangguk. Riko adalah tetangga Lia, lulusan SMA yang bekerja sebagai driver travel. Lia biasanya memanggil Riko jika ia butuh orang yang mau mengantarnya. Hari ini Lia meminta Riko untuk menjemput Kurniawan dari Solo.

"Wes ta, Nduk. Suami baru pulang kok udah ngomel aja" tegur Bu Ambar pada putri sulungnya
Lia mendecak kesal, menuangkan air putih untuk Kurniawan dengan masih sebal.

"Ngrumat orang itu kan susah, iya kita bayar, tapi mbok ya ada sopannya gitu. Basa basiin suruh masuk"

Baru saja akan meneguk air, Kurniawan menjedanya dan menatap sang istri dengan tatapan lemas. Jujur badannya capek sekali karena baru pulang. Meskipun suara Lia perlahan menjadi suara yang ia suka, tapi tidak juga harus sampai rumah langsung mendapat protes seperti ini.

"Maaf ya. Besok ga gitu lagi"
Emosi yang Lia simpan menurun kadarnya mendengar kata maaf dari sang suami.

"Mandi sana!"
"Ini baru sampe lho.. baru juga duduk bentar"
"Sejak kapan jadi malesan gini, biasanya mandinya disiplin ga harus disuruh"
"Orang istrinya malesan mandi" jawab Kurniawan dengan nada datar
"Ihhh berdosa bangett gitu"

Kurniawan yang sejak tadi diberi ilham kesabaran yang banyak, akhirnya mulai terkikis. Memang pelan-pelan ia harus memahami jika bahasa tutur Lia seperti sarkasme dan sinis. Kesabarannya benar-benar diuji. Terlebih wanita di depannya ini juga tak mau kalahan.

"Kata Riko, kamu wes ga siaran ya?" Tanya Kurniawan setelah mandi melihat Lia yang tengkurap di atas ranjang dengan buku di tangannya.

"Kok dia tahu?"
"Kamu kan sering bikin story di WA, yang aku di hide itu" kata Kurniawan santai
"Ga tak hide, cuman ga tak simpen"
Kurniawan hanya menggelengkan kepalanya. Suami istri macam apa, istrinya sendiri tidak menyimpan nomor suami.
"Iya" jawab Lia singkat

"Baguslah"

"Lho kok bagus? Aku jadi pengangguran" kesal Lia dengan respon Kurniawan yang demikian

"Ga ada salahnya kan pengangguran, toh kamu juga di rumah kadang masih mantau uang mebel"

"Ya tapi aku ga ada pemasukan... Tapi santai.. aja aku udah mikirin rencana selanjutnya. Kamu bakal bangga banget kalau rencana ini jadi" kata Lia tak kalah menggebu

Kembali menelan kalimat pahit, Kurniawan mengelus pundak Lia pelan. Seraya tersenyum tulus. Meskipun bertentangan dengan hatinya, ia ingin terlihat terus mendukung keputusan yang Lia ambil.

"Lakuin apa aja yang kamu senengi, Mbak Lia" Kurniawan mencoba mengutarakannya dengan lembut

"Dukung dong istrinya"

"Kurang apalagi dukungnya, udah dikasih izin juga"

"Lahh izin kan emang udah semestinya"

"Lohhh. Ada suami yang ga izinin istrinya buat berkarya dan bekerja"
"Jangan bilang kamu termasuk suami yang ga dukung ya?"

"Dukunglah, kalau ga dukung ga mungkin ku terima syaratnya kan?"

Lia menjeda kalimatnya, mengamati Kurniawan dengan seksama.

"Gini ya Mas Kurniawan. Aku termasuk orang yang ga mau kalau pernikahan aku bertengkar gara-gara keuangan. Makanya aku mau punya penghasilan sendiri, biar bisa beli kebutuhan aku pake uangku.."

"Beli pake uangku juga gapapa" sela Kurniawan

"Itu beda cerita.. kamu bisa beliin aku kalau hadiah dan emang mau ngasih aja. Kita bisa pake uang kamu untuk keperluan kita berdua"

RipuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang