Di Pundak Itu

9.1K 829 19
                                    

"Aku denger kamu ga pacaran kan sama istrimu itu?" Tanya Rama, kawannya sejak kuliah dulu. Kurniawan meresponnya dengan sebuah gelengan

"La terus?"

"Ga gimana-gimana"

"Dijodohin?"

Kurniawan menggeleng, meletakkan cangkir kopi yang ia pegang ke tatakannya lagi. Sebenarnya malas menceritakan bagaimana akhirnya ia memutuskan untuk menikah. Kepada Lia sendiri Kurniawan juga belum menjelaskan secara jujur alasan sebenarnya mengapa ia menikahi Lia dengan tanpa pengenalan.

"Enggak"

"Gila, aku aja sik pacaran 4 tahun sekarang banyak shocknya apalagi kamu"

"Justru itu"

"Hah? Justru itu piee??"

"Koe pacaran 4 tahun banyak shocknya kayak tahu aslinya dia setelah nikah gimana kan? Kalau aku justru yang ga shock banget, karena sebelumnya aku ga kenal Lia dulu. Jadi yang ku hadapi ya Lia sekarang. Aku ga kenal Lia kalau dipacarin gimana"

Rama mengangguk mengerti dengan pemikiran salah satu kawannya ini meski sulit dimasukkan dalam akal sadarnya. Dalam pikirnya ia ikut memahami kalau mungkin saja proses menikah orang beda-beda tapi menjadi sama ketika mereka akhirnya tetap seperti mengenal orang baru.

"Tapi ya, Bro.. kalau suatu hari, misal.. ada satu sifat Lia yang ga mbok senengi. Gimana?"

Kurniawan tersenyum tangannya menggapai cangkir lagi di depannya dan menyeruputnya sedikit.

"Wes umur piro koe? Kok masih tanya tentang seneng ga senengnya sifat. Ini menikah... aku ga sembarangan. Aku ga akan mundur cuma karena satu sifat yang ga aku suka"

Rama melihat Kurniawan dengan tatapan penuh kekaguman. Rasanya ia seperti mengenal Kurniawan baru dalam wujud fisik yang sama.

"Wes ra galau maneh ya?" Guyon pria itu

"Bajilak. Yo oraaa" jawab Kurniawan terkekeh

"Pancene anehh koe ki, tegane nikah kok ga ngundangi aku" ujar Rama pura-pura sedih.

****

Sore menjelang, Kurniawan baru saja pulang dari mabel dan mendapati Lia berada di dapur dengan Bu Ambar. Kurniawan menuang segelas air putih dingin dari rak bawah kulkas.

"Enggak kok, katanya emang ga nunda"

"Malah mathuk ngono kui langsung, ga sayah kan apalagi kalau jedanya cuma setahun"

Lia mencerna jawaban dari sang Ibu, tak sadar jika sejak tadi ada yang menenggak air seraya memperhatikan ekspresi kesalnya yang tengah asik bercerita bersama sang ibu. Kurniawan menangkap jika mereka tengah bercerita tentang tetangga mereka yang baru menikah langsung memiliki dua momongan dengan jarak yang sangat singkat.

"Anaknya itu baru 5 bulan Buk, sekarang dia hamil 2 bulan"

"Memang begitu sulitnya"

"Tega banget ya jadi suami, ga ngerti banget istrinya gimana sulitnya merawat anak tu" kata Lia menggebu

Kurniawan tersenyum melihat raut muka Lia yang kesal. Terkadang bibir miliknya mencebik dan sedikit dimajukan.

"Gemes" batinnya

"Sayang, aku kok diajakin makan sama temenku, temenin ya"

"Ada Ibuk wae aku diundang sayang" batin Lia mencibir

"Nahh to. Kamu ga bilang dari tadi, aku udah masak nih. Kalau tahu mau diajakin makan keluar, cuminya ga aku goreng sekarang" Lia sebal lagi

Lagi-lagi Kurniawan salah dalam penyampaian informasi disaat seperti ini. Bu Ambar mengedipkan mata seolah memberi isyarat pada Kurniawan untuk tidak usah merasa bersalah.

RipuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang