Ngenes

9.1K 648 20
                                    

"Kamu mau janji sama aku ga, Mas?” tanya Lia suatu sore di depan Indomaret

Diperhatikannya secara seksama bagaimana Kurniawan menikmati dimsum yang mereka beli. Sejak pagi Lia sudah menegaskan jika agenda makan dimsum Pasar Gede harus terwujud. Berakhir mereka merelakan waktu cukup lama untuk mengantri dan membungkusnya serta menikmati di depan tempat parkir mini market ini.

“Apa?” tanya Kurniawan

“Janji jangan sembarangan ninggalin aku ya, kalau ada apa-apa suatu saat nanti yang amit sewu.. bikin kamu kecewa atau ada masalah yang kita sulit banget pecahinnya. Jangan tinggalin aku sembarangan ya.. kasih aku alasan”

Kurniawan merasakan panas dari dimsum yang ia gigit, alisnya sedikit naik begitu permukaan dimsum ini membakar lidahnya, mulutnya membentuk huruf o demi mengurangi uap di rongganya.

“Kamu kok ngomong gitu?”

“Ya enggak kenapa-kenapa.. kamu mau janji ga?” tanya Lia serius disertai tatapannya pada mata Kurniawan

Kurniawan mengangguk, tersenyum lamat-lamat, matanya teduh, tangannya yang memegang sumpit berpindah ke depan wajah Lia, kelingkingnya naik. Mengisyaratkan pada istrinya untuk menautkan kelingking miliknya juga.

“Janji, Yaa. Kita sama-sama terus, kita usahakan ini terus sampai sebisa dan semampu kita, semaksimal yang kita bisa” kata Kurniawan pada istrinya

“Janji, Mas.” Lia tersenyum, tangannya terulur menerima tautan kelingking Kurniawan sebelum pria itu menarik tubuhnya masuk dalam pelukan. Sesekali Kurniawan kecup pelipis sang istri.

“Makasih udah milih aku” bisik Lia yang masih berada dalam pelukan

“Jangan makasih terus, banyakin maafnya.. kata kamu cinta selalu punya maaf kan, Yaa.” Balas Kurniawan memvalidasi perkataan istrinya beberapa hari lalu.

“Iya.. kita banyakin maafnya ya, Mas”

***

“Buk, aku tu ga minta pie-pie. Ibuk ngerti to kalau Mas Depri ga punya apa-apa, dia kerja di bengkel. Anakku dua” suara Lulu terdengar lebih lantang dari ruang tengah rumah Pak Kiswanto
*gimana-gimana
*tahu kan

Semalam adik pertama Lia datang dengan suami dan anaknya untuk menginap. Rumah menjadi lebih ramai karena aktifitas kedua anak Lulu. Pagi ini Bu Ambar terlihat sibuk mengepak pesanan jajanan pasar untuk acara rapat pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Pak Kiswanto seperti biasa sedang mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada burung kesayangannya di depan rumah.

“Tapi lemah mburi mebel itu dulu diamanahkan Mbah Kung untuk Lia. Lia dulu cilikke tukang lara. Mbah Kung ngujar-ujari seperti itu. Kamu ga bisa gitu”
*tanah belakang
*pas kecil sering sakit
*nadzar

“Kalau Mbak dapet dikit.. kan suami Mbak tu kaya, Buk. Lha nek aku?” Lulu masih dalam mode keras mengutarakan permintaannya

Bojoku saja kerjanya cuma di bengkel, aku dagang baju. Mas Depri ga punya apa-apa, sodaranya banyak. Aku harus bagaimana coba untuk masa depan anakku?”
*suamiku

Tak lama kemudian suara mobil milik Lia yang dikendarai Riko terdengar memasuki halaman rumah. Sayup-sayup Pak Kis menyapa menantu dan anaknya yang baru saja pulang dari Bali. Suasana di dapur mendadak senyap hanya terisi gurauan kedua anak Lulu.

“Tambah ireng kamu, Yaa” goda Pak Kiswanto saat tangannya terulur disalami Lia
*hitam

“Mantai terus kok” jawab Lia seadanya

RipuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang