1...

761 30 8
                                    

ARIN DEWANTI

EVANS LE GUILLOUX

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

EVANS LE GUILLOUX

EVANS LE GUILLOUX

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RIKO TAMA

OlIVIA WARDANI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

OlIVIA WARDANI

_______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________
_______________

Beberapa tahun setelahnya....

Arin, berjalan di ikuti beberapa orang di belakangnya, suara sepatu yang seakan menjadi sorak sorai karena ramai dan berdengung menuju ke ruang yang sudah di tentukan.

Ia sampai pada titik mengejutkan hidupnya.

Ia tidak pernah menemukan jalan pintas dan seakan harus menyebrangi danau sendirian hanya untuk mendapatkan sesuatu yang ia harapkan.

Gerakan peduli sehat untuk anak jalanan.

Pada tahun 2020 jumlah anak terlantar di Indonesia mencapai 67.368 orang. Menggerakkan banyak hati untuk perduli pada kehidupan dan kesehatan mereka.

Arin bukanlah wanita yang terlalu menyukai anak kecil.

Anak-anak yang lucu siapa yang tidak memberikan perhatian penuh pada mereka? Arin tidak berpikir ia bisa memberikan kasih sayang pada anak-anak secara langsung sehingga mengusulkan saran acara ini.

Acara kesehatan untuk anak-anak yang terlantar juga anak anak yang miskin.

Dari acara tersebut Arin mengetahui ia bisa memberikan lebih banyak kasih sayang lewat orang lain.

Wali kota datang untuk melihat berjalannya acara tersebut sebagai usahanya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Para wartawan juga sudah sigap dengan kamera mereka siap memotret segala momen.

Tapi kali ini para awak media terfokus kepada wajah yang benar-benar jarang terekspos sebagai pelopor bergeraknya acara amal di rumah sakit ini.

Arin Dewanti, mereka tidak mempercayai bahwa wanita muda itu memiliki wajah yang awet muda juga menyenangkan untuk di pandang.

Tidak, ia tidak cantik seperti super model atau bidadari yang turun dari kayangan.

Tidak memiliki hidung mancung atau pipi yang tirus yang terpatri seperti pahatan dari seorang Dewi,
Itu sedikit berlebihan.
Tidak, ia juga tidak tinggi semampai.

Tetapi ia memiliki kulit putih yang kemerahan.

Acara berlangsung lancar seperti yang ia harapkan, Olivia yang datang dari belakangnya langsung memberikan tisu pada Arin. Ia mudah sekali berkeringat padahal ruang acara menggunakan AC dan kipas angin di mana mana.

Saat hendak pulang para wartawan masih saja memotret dirinya. Setelah berbaur dan beramah-tamah dengan senyuman itu kepada semua orang penting. Arin bisa merasa berhasil pada acara hari ini.

Suara ponsel yang berbunyi membuat tangganya bergerak cepat meraih handphone-nya.

"Apa berita tentang Caya sudah di hapus?"
Tanya Arin, serambi memeriksa seluruh pesan dan email yang masuk.

Mungkin ini hampir tidak masuk akal.
Arin dulunya hanya seorang perawat dan tiba-tiba ia menjadi seorang penanggung jawab atas sebuah perusahaan makro regional.
Tapi akan masuk akal jika ia punya seorang relasi dengan pengaruh besar.

"Sudah Miss, dapat di pastikan tidak akan ada lagi yang membahas rumor itu"

Caya adalah seorang publik figur sekaligus sahabatnya. Sayang sekali ia habis terlibat masalah dalam sebuah perkelahian dan di depan banyak masyarakat.
Dan Caya adalah brand ambassador terbesar perusahaan. Bisa-bisanya wanita itu selalu mengacaukan dan membawa masalah.

Arin menghela nafas, punggungnya bersandar dengan nyaman.

Padahal selama acara ia hanya duduk manis dan memasang wajah ramah. Tetapi mengapa tubuhnya terasa begitu pegal.
Ini lebih melelahkan dari pada berlari dua putaran di lapangan.

"Apakah Miss mau makan dulu?"

Tanya Olivia masih dengan Ipad di tangannya.

"Pulang aja Liv, kamu langsung pulang juga"
Arin tau semua orang lelah setelah menghadapi acara ini.

"Tapi masih ada beberapa pekerjaan yang harus di kerjakan"

"Kerjakan besok aja"
Bukan atas tameng kesombongan yang terselubung, doktrin keras untuk karyawan bukanlah prinsipnya.
Meskipun ia bisa di katakan berada di atas saat ini, dulu juga ia pernah berada di saat terlelah dalam hidupnya.
Bekerja sebagai seorang perawat yang mengharuskan dirinya siap siaga dengan jadwal kerja yang tidak menentu.

Itu adalah alasan dimana dirinya memperlukan manusia selayaknya manusia.

•••

Kita bertemu dan menjadi orang asing untuk beberapa saat. Aku tidak pernah berharap lebih dari keasingan ini berubah menjadi sebuah kebiasaan.

Arin Dewanti.

.

.

.

Hai, gimana?
Apakah ada kesan unik dari seorang Dewanti sampai sini?
😜

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang