4: penawaran

439 26 4
                                    

Seperti yang Caya janjikan kemarin. Seharian penuh Arin terbebas dari segala tanggung jawabnya.
Ini terasa sangat menyenangkan.
Dan sekarang ia bisa tidur sesuka hati atau melihat lakon artis di laptopnya.
Tanpa beban, Caya juga mewanti-wanti bila terjadi sesuatu tidak ada satupun yang boleh mengganggu Arin.

Ini adalah hari milik Arin sepenuhnya.
Tiga buah air kelapa baru di kirimkan pagi ini. Itu bisa menjadi penawar sesak nafas atau asma. Menjadi kaya memang sangat menyenangkan, ia sangat menikmati hal ini.
Sebuah notifikasi muncul di handphone-nya. Email dari sebuah perusahaan luar negeri yang terkirim padanya.
Arin berdecak kecil, baru saja ia bernafas lega beberapa saat lalu. Ia bisa saja mengabaikan banyak hal tetapi ini tentang kepercayaan yang sudah ditaruh pada perusahaannya.
Mungkin jika ia mengurusinya tidak akan apa.

Baru membaca email sejenak Arin langsung menelpon Olivia.

"Iya Miss" Olivia menjawab dengan cepat panggilannya.

"Kenapa bahan tekstil belum sampai? Seharusnya sudah sampai di industri kemarin malam bukan?"
Arin mengatakannya dengan wajah berkerut.

"Maaf Miss, pengiriman terjadi masalah sejak semalam tetapi nona Caya bilang tidak boleh membuat Anda mengurus hal apapun"

Arin menghela nafas, baru saja ia meninggalkan pekerjaan beberapa waktu tapi masalah datang begitu mudah.

"Apa yang terjadi pada tiga kontiner itu?"

"Di tahan oleh agen di pelabuhan"

"Siapa? Siapa yang menahannya? Selama ini tidak pernah ada masalah, apa yang terjadi. Apa pemeriksaan sudah dilakukan?"
Arin akan begitu bertanya tanya pada keadaan ini. Pengiriman barang sudah terjadi berkali-kali tapi mengapa kali ini tidak berjalan lancar.

"Mereka memiliki alasan lain Miss, mereka mengatakan ingin bicara dengan Anda secara langsung tentang ini. Tapi nona Caya-"

"Jemput aku dalam dua puluh menit. Abaikan saja Caya."
Arin langsung menutup telpon dan meraih jaketnya.
Ia mengenakan pakaian sambil berpikir keras.

Tak lama Arin mendapati Olivia ada di dekat mobilnya saat ia baru keluar dari eskalator. Segera Arin keluar dan masuk ke dalam mobilnya. Pak Agus, supirnya sedang libur hari ini.
Ia langsung memacu cepat kerangka besi itu.

"Kamu sudah bicara pada orang itu?"

"Mereka hanya mau bicara dengan Anda Miss, kita sudah mencari tahu siapa orang itu tapi kami tidak memiliki banyak informasi."

Ia menjadi sering sekali kesal ketika sedang bekerja seperti ini. Mengapa mereka harus berbelit-belit jika hanya mau sedikit uang. Arin yakin ini perbuatan para oknum yang menginginkan uang cepat.

Mereka sampai pada bangunan yang jaraknya cukup jauh dari kota, bersama dengan daerah yang belum pernah Arin ketahui sebelumnya, rasa ragu dan curiga datang padanya.

Ia belum berpikir jauh untuk membawa pengamanan dari kantornya. Arin tidak bermaksud bersikap berlebihan pada pertemuan yang akan ia lakukan, ia hanya berusaha berjaga-jaga.

Raut yang serius tak bisa luput dari wajahnya, bahkan ia sudah memasang wajah itu selama berkendara tadi. Bangunan itu memiliki halaman batu hias yang luas, ada dua orang penjaga di depan pintu masuk dan juga gerbang.

"Miss, perlukan aku menelpon penjaga?"
Arin yakin Olivia memiliki pikiran yang sama sepertinya berusaha menutupi rasa khawatir.

"Tidak untuk sekarang, tapi kamu perlu mengirim lokasi kita saat ini."
Untuk berjaga-jaga jika mereka akan menyekap dirinya.
Arin kemudian melangkah dengan cepat menuju ruangan tersebut.
Para penjaga menatapnya sambil meneliti, ada tatapan congkak dari mereka.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang