18: brand ambassador

71 9 2
                                    


__________
______

Arin sudah kembali sadar dari stress dan kegilaannya. Ia berangkat bekerja hari ini karena harus menemui seseorang, dua orang yang di pilih sebagai brand ambassador pakaian dari perusahaan mereka.

Perusahaan memilih model dengan wajah dan keunikan mereka. Saat ia masuk ke ruangan terlihat wanita dan pria duduk saling berdekatan.

Pria yang sangat tampan dan juga unik.
Begitu juga dengan si wanita, sayang sekali Arin punya sedikit firasat wanita itu punya sifat manja.

"Perkenalkan ini CEO perusahaan kami. Miss. Arin Dewanti."
Kata Andi memperkenalkan Arin.

"Senang bertemu dengan Anda, aku Arsya Gelana."
Pria itu menjabat tangan Arin dengan wajah yang terlihat senang.
"Aku melihat Anda berada di beberapa artikel. Anda sangat luar biasa"
Tambahnya.

"Terimakasih Arsya"
Balas Arin juga sambil tersenyum.

"Celina Jaitley"
Kini giliran wanita itu yang menjabat tangan Arin.

Kini bisa Arin simpulan apa yang ada di pikirannya memang benar adanya.

"Apakah itu louis vuitton? Bukankah itu rilis tahun lalu?"
Ucapannya pada tas kecil yang Arin bawa.

"Ya?"

"Sayang sekali, padahal tahun ini mereka kembali mengeluarkan tas limited edition"

Arin bertanya-tanya apa yang sedang wanita ini bicarakan, apakah ia sedang menghina atau apa? Tas, rilis tahun ini? Ya ampun Arin sudah membelinya.

Arin hanya melemparkan senyum.
"Selamat bekerjasama dengan perusahaan kami"
Arin hanya bicara begitu, dan ia menatap wajah Arsya saat mengatakannya. Peduli sekali dengan Celina.

Arin segera pergi dari sana, mungkin Celina adalah model yang bagus. Tapi dia sangat menyebalkan, ini bukan pertama kalinya ia berkerjasama dengan orang yang menyebalkan. Tapi ia tetap saja merasa kesal.

Ia hari ini akan bertemu dengan Rion. Pria menawan itu, bicara dengannya saja nampaknya akan cukup membuat harinya lebih baik.

Arin membuka pintu mobil yang terparkir di depan. Tapi Arin langsung mundur dengan terkejut saat melihat ada orang asing di dalamnya.

"Oh maaf aku pikir ini mobilku"
Arin kembali meneliti plat mobil di sana. Bisa-bisanya ia tak memperhatikan dulu.

"Lama tak bertemu ya, Airin"
Katanya.

"Ha?"
Arin sedikit bingung, ia menoleh ke kanan dan kiri. Siapa yang pria di dalam mobil itu bicarakan.

Pria itu keluar sambil membenarkan jasanya.

"Kau pasti lupa padaku"

Arin menatap pria itu, mengamatinya. Mengingat lagi dan mulai mencari data dari otaknya tentang sesosok laki-laki tampan yang rapih dan wangi.Namun,

"Apakah kita saling mengenal?"
Arin gagal mengingatnya, ia sama sekali tak mengenali pria di hadapannya.

Pria itu tertawa kecil dengan gigi rapih terlihat begitu putih.

"Alex Rudiart baby, kau pernah menyelamatkan ku"

Mata Arin terlihat bergerak masih berpikir, mulutnya tak kunjung terkatup. Ia makin kebingungan, mengapa ingatannya seburuk ini.

"Rumah sakit di jalan besar, laki-laki berjenggot tebal yang terluka dadanya"
Alex, pria itu membantu Arin mengingat lagi apa yang terjadi.

Arin menggeleng, itu kejadian berapa tahun yang lalu? Tiga, empat, atau lima?

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang