28...

67 10 1
                                    


Dia bertanggung jawab. Evans yang Arin sedang pikirkan, ia terus melirik pria itu.
Masih dengan perasaan kesal karena sudah membawanya dalam keadaan yang berbahaya, tapi Evans terus berusaha untuk membuat Arin merasa nyaman.

Sejujurnya Arin merasa kurang menyukai ungkapan Evans yang ingin menikah dengannya karena Arin akan memberikan banyak keuntungan dalam hidupnya, itu tak berartikan lebih dari sekedar pernikahan bisnis.
Wanita sangat berharap dirinya berharga dan di cintai. Arin adalah wanita itu, ia yakin seluruh wanita di muka bumi ini berpikiran demikian.

Andaikan Evans mengatakan jika pria itu menghormati dan mencintai Arin mungkin keaadanya jadi berbeda.

Mereka sampai ke sebuah mansion yang terlihat seperti bagian barat dari sebuah istana. Di depan pekarangannya terlihat para anak buahnya yang sedang menunggu sambil mengobrol.

Melihat mobil Evans yang masuk bersama mobil barang yang rusak karena tembakan tadi, mereka lantas mendekat.

Mereka membukakan pintu lagi untuk Arin dan Evans.

"Tuan Delico merasa sangat puas atas pengirimannya"
Ujar Riko saat Evans baru keluar dari mobilnya.

"Mereka menanyakan tentang Master le" Kata Satria menyela ucapan para anak buah lain.

"Dan apa mereka menemukannya?"

"Tidak"

Evans mengangguk kemudian menarik Arin untuk berjalan di dekatnya.
Mereka lantas masuk ke dalam Villa tersebut.

"Siapa itu Mr le?"
Tanya Arin penasaran pada Evans.

"Kenapa kau menanyakannya?"
Jawab Evans.

Arin menyinyir kemudian beralih bertanya pada Riko.

"Siapa itu Mr le?"

"Em, dia pemilik tempat ini"
Jawab Riko.

Wow, Arin kemudian mengedarkan pandangannya melihat arsitektur bangunan yang mengagumkan itu. Ia bahkan sempat berputar saat tengah berjalan untuk mengagumi keindahannya.

"Apa dia tampan?"
Tanya Arin.

"Kenapa? Kalau dia tampan kau mau mengejarnya?"
Cetus Evans terdengar sedikit tegas.

"Tentu saja, dia juga terlihat mampu membiayai hidupku. Terlihat lebih baik dari mu"
Jawab Arin, jika ada pria tampan, kaya lain mengapa tidak.

"Dia pria yang jelek dan tua"
Kata Evans terus melanjutkan langkahnya.

"Kenapa dia jadi kesal, aku kan bercanda"
Katanya pada Riko.

Satria dan Riko terkekeh lucu.

Di ruang utama terlihat sebuah lukisan raksasa. Itu berukuran 2 meter kurang lebih. Seorang pria dengan topeng di wajahnya.

"Dia Master le?"
Tebak Arin.

"Jelek bukan?"
Kata Evans mengurungkan niatnya untuk melanjutkan langkahnya. Ia berusaha menyadarkan Arin pada pernikahan yang ia sedang perjuangan.

"Tidak, dia tampan, uh lihat dagunya yang tegas itu"
Lukisan itu sangat bagus dan detail. Ia penasaran siapa pelukisnya.

"Dia memakai topeng bagaimana bisa kau mengatakannya tampan!"
Geram Evans.

"Kau iri karena dia lebih tampan?"
Tebak Arin.

"Kau pasti bercanda"
Kata Evans kemudian melanjutkan langkahnya.

Arin tak begitu yakin apakah Evans menganggap itu hal serius atau tidak tapi menganggu Evans seperti itu sedikit menyenangkan.

Ia terus mengikuti Evans menyusuri beberapa bagian yang terlihat begitu menakjubkan.
Hingga akhirnya mereka sampai di depan sebuah ruangan dengan pintu kayu yang berukir.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang