27: pergi

76 8 2
                                    


_____________
_____

Mobil berhenti di sebuah rumah, Arin sebenarnya tak percaya pada Evans tapi ia tak memiliki daya untuk menghindar. Pria ini gencar dan tak mau berhenti berusaha.

Caya sempat menelponnya. Dia terdengar panik dan Arin bisa menyelesaikan urusan itu. Ia berharap Caya tidak akan mencari tahu tentang hal ini.

Evans sudah menghubungi para anak buahnya untuk datang. Dan mereka sedang menuju ke dalam rumah yang pintunya tak tertutup.

Rumah khas Italia, bata yang tak di cat begitu memiliki nilai estetikanya sendiri.
Ada suara cekikikan para wanita saat mereka baru masuk.

"salut tout le monde"
Sapa Evans, Arin menoleh ke pria itu. Dia pandai sekali berbahasa Prancis.

"Evi!!"
Seorang wanita berbalik dan mendekati Evans dengan wajah berseri sedangkan Arin menahan tawa.

Ya Evans tau jika itu membuat image nya turun.

"oh mon dieu, regarde qui est cette belle femme"
Katanya, wanita itu terlihat sudah berumur tapi masih segar dan cantik. Itu Yolanda.

Yolanda menangkup pipi Arin.

"Mata jernih, kulit putih, bibir merah"
Katanya, bersamaan dengan para temen Yolanda yang lain datang.

"Ya ampun, dia sangat menggemaskan"
Kata teman-teman Yolanda.

Arin hanya bingung apa yang mereka katakan. Ia tidak bisa bahasa Prancis.

"Akhirnya kau membawa calon istri Evi"
Yolanda kemudian menarik Arin untuk duduk.

"Bibi, kita hanya akan siggah sebentar"
Kata Evans sambil memberikan paper bag pada Yolanda.

"Apa dia bisa bahasa Prancis?"

"Tidak, dia orang Asia"
Kata Evans kemudian duduk di kursi kosong di ujung karena semua wanita sedang mengerumuni Arin.

"Uuuuuuuuuuuu" Kata mereka serentak sambil tersenyum.

"Lihat cincinnya!"
Yolanda menarik tangan Arin untuk menunjukkan kepada mereka cincin tersebut dan itu berartikan hal lain untuk mereka.

"Ini indah sekali, dia pria yang pandai memilih"

"Lihat cincinnya tambah berkilau saat dia yang mengenakannya"

"Siapa namanya?" Tanya salah satu teman Yolanda.

"Arin" Kata Evans sambil menatap ke arah Arin yang terlihat lucu saat di kerumuni para teman-teman Yolanda.

"Arinnn" Mereka lantas memuji-muji sambil bergumam satu dengan lainnya.

Evans terlihat menghela nafas sambil menggeleng. Keputusan yang salah karena mereka akan kesulitan untuk pergi.

Benar saja, mereka harus tinggal di sana sampai siang. Bahkan Evans harus berusaha keras untuk membawa Arin pergi.
Yah setidaknya Yolanda merasa senang dan bahagia.

"Jadi mereka mengira aku adalah tunangan mu?"

"Itu bagus bukan? Mereka sangat senang."

Arin menggidikkan bahu, itu terdengar mengerikan.
Ia melihat bahwa arah mobil Evans tidak menuju ke hotelnya.

"Kali ini mau kemana lagi kita?"

"Aku harus mengantarkan barang ke Milan dan kau akan ikut"

"Mr. Guilloux, jangan pernah membawaku terlibat dalam pekerjaan yang tak berhubungan dengan ku. Kau ingin aku ditangkap oleh polisi internasional? Aku tak membawa pasport. Turunkan aku di sini"

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang