5...

292 20 2
                                    

Evans menatap lengannya yang di balut perban. Dua jarinya mengapit cerutu yang menyala.
Dia tidak mengenakan pakaiannya berusaha melihat luka sayat tertutupi yang berhasil menimbulkan rasa gatal.

Dia habis menjenguk tangan kanannya yang masih dirawat di rumah sakit itu. Tempat dimana ia bertemu Arin untuk pertama kalinya.
Mereka saat itu sedang melakukan transaksi amunisi sebelum akhirnya malah saling melempar serangan.

Evans mengambil kaos dan mengenakannya sambil kembali duduk dan menyenderkan kepalanya pada kepala sofa. Ia masih mempertimbangkan orang untuk diajak bekerja sama.
Padahal wanita itu benar-benar sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Publik sudah menganggap Arin sebagai orang dengan reputasi sangat baik. Dia tidak begitu terkenal namun memiliki nama yang cukup melambung pada dunia tukar barang.

Jika menjadikan Arin mitranya akan banyak keuntungan yang ia dapatkan. Entah pikiran apa yang membuat Arin menolak tawaran yang bahkan belum ia jelaskan.
Tetapi itu terdengar menarik untuknya, Arin memang bukan satu-satunya sasarannya dalam menjalankan bisnisnya.
Hanya saja keoptimisan yang wanita itu punya membuat dirinya menjadi penasaran.

"Wanita itu pasti keras kepala"
Tebak Evans, sejujurnya ia memang belum bisa mengeyahkan pikiran tentang wanita pendek bernama Arin.
Evans menggeleng, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu. Jika bukan Arin, ia harus segera mencari mitra lain. Tapi melihat gagalnya penawaran itu, Evans merasa kehilangan blue diamond yang sangat langka. Sayang sekali.

Getaran ponsel membuat pandangannya teralihkan. Evans mengangkatnya saat tahu itu panggilan dari Riko.

"Kami menemukannya"
Ucapan singkat dari Riko dimengerti dengan sangat jelas oleh Evans. Tupai yang kabur sudah tertangkap. Dia salah satu pejabat yang melakukan transaksi amunisi.

"Great, libatkan polisi dan layangkan semua tuduhan padanya. Kita tidak mau terlibat dengan hukum negara ini kan? Kita perlu membersihkan kotoran itu"
Evans tidak mau polisi curiga padanya dengan penghilangan nyawa orang yang cukup penting. Meskipun segala gerak-geriknya sudah ditutup rapat dan meskipun juga semua oknum itu bisa ia suap dengan sedikit uang. Evans bisa saja dicari oleh polisi internasional atas laporan lain.

Yap, jauh sebelum jasa tukar barang halal ia melakukannya secara ilegal. Penyelundupan tembaga dan nikel, itu benar-benar sangat menguntungkan untuknya. Ia di banjiri banyak dollar, hingga akhirnya kejahatannya terdeteksi.
Ia menjadi buron dan itu menghabiskan hampir seluruh anak buahnya, menjadikan dirinya seperti singa kecil yang takut bergerak.

Mungkin bagi orang lain anak buah adalah suatu hal yang mudah dicari, karena mereka pasti akan mengikuti dirimu selama kau berani membayar mereka.
Tapi bukan itu yang Evans inginkan, kesetiaan adalah peraturan nomer wahid dalam kehidupannya dan bisnisnya.

Itulah alasan kecil mengapa peran Arin dan rumah sakitnya sangat berguna. Ia seperti semut yang berlindung di balik sarang di atas pohon jika bisa menjadikan Arin mitranya. Dan lagi-lagi ia menyayangkan hal tersebut.

Masih saja terus berkonsentrasi pada pekerjaannya. Ini pukul dua siang dan makanan belum menyentuh lambungnya.

Ia perlu mengatur jadwal ulang untuk Caya. Mereka berniat mempromosikan bahan rempah dan sayuran dari industri perkebunan milik rakyat pada publik luas. Dengan begitu mereka tidak perlu mengimpor dan bergantung pada negara lain, kemudian perekonomian akan membaik sejalan dengan waktu.
Sayang sekali jadwal temannya terbentur oleh acara amal yang diadakan oleh organisasi Unicef.

Olivia masuk untuk mengantarkan data dan juga surat penting.

"Miss, ada acara pelelangan gedung yang perlu anda hadiri pukul tujuh malam ini"

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang