76...

78 6 0
                                    


Masih pagi ketika pemberitaan baru meledak seperti bom.

"Seorang pengusaha besar Ali Sadikin di nyatakan meninggal dunia dalam kecelakaan beruntun yang terjadi di jembatan menuju pabrik besi"

#kecelakaanmaut
#ReastofpieceAlisadikin
#tragedijembatanmaut
#Alisadikin

Pemberitaan media sekarang tersorot pada Ali Sadikin yang meninggal dalam kecelakaan itu.

Caya mematikan televisi. Mereka ada di ruangan yang sama. Wanita itu meminta suaminya sendiri yang mengantarnya berangkat menemui Arin dengan jet.

"Riko mengatakannya padaku"
Caya tak perlu lagi meminta penjelasan terhadap Arin.

"Hmm, lalu?"
Dia menjawab dengan tatapan kosong, obat penenang yang di berikan dokter cukup manjur padanya.
Mengalami guncangan pasca tragedi membuat dirinya seperti mayat hidup.

"Mereka tidak akan tau apapun tentang kecelakaan itu. Polisi pasti hanya mengira itu kecelakaan biasa."

Malam itu, saat Ali mengendarai mobilnya. Sebuah truk yang melaju cepat di belokkan oleh mobil anak buah Evans yang lain atas perintah Riko.

Itulah mengapa bisa ada mobil truk di jalanan sepi, mereka merekayasa tabrakan beruntun agar Evans bisa di selamatkan.

Setelahnya beberapa mobil di belakang membersihkan TKP dari darah dan peluru atau apapun yang memungkinkan polisi menyadari kejanggalan. Mereka menjarah anak buah Ali yang membawa mobil Evans agar tidak terjadi kecurigaan dan pertanyaan pada hal itu. Mereka saksi mata dan itu bisa saja membuat Evans menjadi terduga karena mobilnya ada di TKP.

Beruntung waktu malam yang panjang memberikan pihak Evans waktu yang banyak untuk membersihkan jejak, hingga kecelakaan ini hanya akan menjadi tragedi tak di sengaja selamanya.

"Riko meminta ku membawa dua anak buah Ali untuk di hipnotis, menghilangkan ingatan mereka"
Karena itu Riko mau bicara, jika tidak mungkin Caya harus berusaha lebih keras.

Arin tak merespon.

"Kita harus datang ke pemakaman Ali"

"Are you nuts? Datang ke pemakaman orang yang hampir membunuh suami ku? Never"

"Karena dia hampir membunuh suamimu maka kamu harus datang, anggap ini kemenanganmu. Media akan bertanya kenapa Arin sebagai partner bisnis tidak datang. Aku juga harus ada di sana"

Iya Caya pasti sudah gila di paragraf awal ketika bicara.

"Kamu pikir ini penting? Apa kamu cuma perduli pada media Caya?"

"Dengarkan aku baik-baik nyonya Guillox. Pria mu sedang berbaring di sana, tak ada satupun yang tau suami mu di buru, dan mereka gak akan percaya jika aki-aki itu yang melakukannya. Jadi datanglah dan berbelasungkawa pada mereka agar suami mu tidak di pertanyakan mengerti!"

Mereka malah berdebat kecil. Tapi sejenak ia berpikir jika Caya adalah fakta.

"Bersiaplah aku akan menyiapkan mobil"
Kata Caya kemudian berdiri.

Yang di katakan Caya benar, tapi ia mungkin akan meminum obat penenang lagi sebelum berangkat.
Ia harus menguatkan diri, ini adalah perjalanan terakhir bagi kelicikan dan kekejaman Ali, ia harap pria itu benar-benar mati.

Arin dan Caya berangkat ke sana. Wajahnya memang terlihat sedih, tapi sedih karena suaminya bukan karena pria itu. Rasanya berat tapi ia harus tetap melangkah.

Ada banyak sekali wartawan yang memenuhi rumah duka. Arin juga bisa melihat siapa-siapa saja dari mereka yang memiliki kedekatan dengan Ali. Partner bisnis gelap yang lain.
Arin yakin salah satu dari mereka adalah orang-orang yang ingin suaminya lenyap.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang