19...

70 9 3
                                    


Rasa yang ia dapatkan saat tidur adalah kenyamanan dan hangat. Masih subuh dan seruan ibadah sudah sedari tadi selesai berkumandang.

Beberapa hari ini Arin kesulitan tidur dan kurang istirahat. Lamun dalam tidur kali ini ia merasa lebih baik.

"Oh God!"
Arin lupa ia sedang apa.
Wanita itu spontan terduduk memaksa seluruh nyawanya terkumpul dalam sekejap.

Ia memperhatikan sekitarnya, dan selimut yang menutupi tubuhnya. Tak ada Evans di ruangan itu, malah dia yang tidur di tempat Evans berbaring semalam.

"Apa, apa yang terjadi?"
Gumam Arin. Ia sedikit bingung tapi berusaha untuk berpikir.

Kapan pria itu pergi? Ia memejamkan mata, kepalanya agak sakit karena terbangun dengan keadaan yang terkejut.

Tadi malam, ia sedang menunggu Evans dan menentukan kapan pria itu akan ia paksa keluar tapi setelahnya ia malah tertidur.
Bodoh, bisa-bisanya ia ceroboh begitu. Tak terpikirkan jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Arin segera bangkit dan memulai kegiatannya meskipun masih penasaran apa yang terjadi tadi malam.

Olivia datang pada pukul 07.15.
Bukan hanya Olivia, Caya juga datang ke apartemennya satu jam setelah Olivia.
Wajahnya yang berantakan dan sedikit pucat.

"Ada apa, kenapa?"
Tanya Arin melihat Caya langsung merebahkan dirinya di sofa.

"Aku ngantuk, semalam pedagang kaki lima minta ganti rugi. Padahal aku cuma menabrak trotoar bukan menghancurkan lapaknya"
Kata Caya dengan raut lelah dan sedikit kesal.

"Terus? Dia tahu kamu adalah Caya Gerbera?"
Arin duduk. Caya cukup terkenal bukan? Seharusnya ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap pedagang tersebut untuk hal yang baik. Atau malahan ia bisa masuk ke dalam berita di media sosial.

"Pedagang itu minta ganti rugi gila! Mana mungkin ada yang mengenali ku di saat bentuk ku seperti gembel begini"
Ia bersungut-sungut marah. Melihatnya begitu terlihat ia habis mendapatkan masalah lain yang tidak di ceritakan.

Arin hanya terkekeh lucu.
"Pedagang itu menang banyak setelah aku memberikannya uang satu juta. Padahal aku sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengannya"
Ia kembali memejamkan mata untuk tidur.

"Tapi-"
Ia langsung terduduk membuat Arin ikut penasaran.

"Apa yang pria sinting itu lakukan di sini tadi malam?"
Bisik Caya, Arin masih punya hutang untuk menceritakan itu.

Arin terlihat berfikir dengan mata yang memincing, Caya tahu itu mengartikan sesuatu dan hal ini makin membuat dirinya curiga.
Pasalnya Arin tak pernah membahas atau memberitahu keterlibatan Evans dalam hidupnya sekarang.

"Alex, kamu sudah bicara pada pria itu? Apa kau membangun bisnis baru sekarang?"
Arin tau Caya mudah di alihkan.

"Jadi kamu yang kasih nomerku ke dia!"
Benar bukan, wanita polos satu ini.

"Ihs, aku lagi pingin libur dari membantu orang dalam hubungan percintaan yang sama sekali gak memberikan untung buat ku."
Caya saja tak berhasil dalam hubungan percintaannya lantas mengapa ia harus membantu orang lain. Tidak, bahkan ia sama sekali tidak bisa menjalin satu hubungan pun.

Sedangkan Arin bisa melangkah satu lebih unggul.

"Tapi kamu meminta imbalan kan? Itu bukan membantu namanya"
Tukar jasa lebih tepatnya.

"Iya lah, tentu saja. Kamu pikir aku gak berusaha apa dalam menyatukan para sejoli itu? Dan lagi, aku melakukannya dengan sepenuh hati, jadi aku anggap itu juga membantu"

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang