23...

94 9 0
                                    

Evans berada di sebuah makan malam. Dia sudah sampai di Starsbrourg kemarin dan langsung menghadiri makan malam.

Mr.François, dia seperti paman bagi Evans. Dia guru dalam bisnisnya dan mereka dekat seperti keluarga.

"Kau terlihat sehat, semuanya pasti berjalan mudah bukan di Indonesia?"

Salah satu alasan di mana Indonesia adalah target bisnis paling baik adalah karena mereka menyukai hal instan dan sesuatu yang tidak ribet.

"Semua sangat baik"
Jawab Evans, ia meminum Americano di gelasnya.

Suasana yang sangat damai dan tenang. Evans sudah lama tak berkunjung ke tempat ini.

"Kau harus mengunjungi bibi mu Yolanda"
Yolanda adalah istri François.

"Tentu aku akan mengunjunginya"
Mereka berdua selalu menjaga Evans dengan baik bahkan sampai sebesar ini.

"Pastikan kau membawa hadiah yang bagus untuknya"

"Aku selalu membawanya, aku yakin bibi Yolanda akan menyukai benang wol yang aku bawa"
Jawab Evans, pria dengan cara bicara kaku seperti Evans sedang menyombongkan dirinya. Tak salah, Karena semakin tua Yolanda sangat suka merajut.

François lantas memukul Evans dengan koran, itu bukan pukulan yang kencang. Tetapi itu sebagai sebuah peringatan.

"Seorang wanita maksud ku, bercermin lah dan lihat seberapa tua dirimu"
Riko yang berada di depan pintu menahan tawa begitu juga anak buahnya yang lain.

Evans tahu ia sekarang sedang menjadi bahan candaan.

"Aku akan mencobanya"

"Kau pikir wanita itu makanan? Kau harus berusaha bukan sekedar mencoba. Kau payah sekali"

Evans terlihat menghela nafas. Ini memang sedikit sulit karena orang yang ia inginkan menikah sangat sulit untuk di bujuk.

"Aku harap kau bukan hanya menikah untuk bisnis, Evi. Berusahalah mencintai dan lupakan apa yang membuat mu sakit"

Riko masih menahan tawa. Evi? Itu sangat menggelikan. Evans punya panggilan yang sangat berbanding terbalik dengan kepribadiannya.

Tapi Evans tidak pernah protes. Ia tahu membantah bukan sesuatu yang sopan.
Dia dan François akhirnya berpisah setelah selesai makan malam.

Pria itu hendak kembali ke hotel. Dompetnya sudah kembali, pikirannya terlayangkan pada Arin. Wanita kali ini sangat sulit di tebak.

Setelah makan malam beberapa hari lalu ia mencoba untuk menyerah saja jika Arin menolaknya tapi hatinya sekarang menjadi membara. Jiwanya protes atas ketidak setujuan.
Arin tak bisa hilang begitu saja dari pikirannya, ia harap bisa menemuinya karena ada rindu yang terselip di hatinya.

"Kita berangkat malam ini, aku ingin sarapan di Paris besok"
Kata Evans dan mobil mulai melaju.

Mereka di sambut oleh teman Caya, dia seorang penerjemah yang tidak sengaja jadi teman dekatnya dan Arin.

"Hai Ethan"
Sapa Caya, dia wanita yang selalu heboh.
Arin sebenarnya sama saja, tapi dia belum memulai itu semua.

Beberapa tempat di Prancis tidak bisa hanya menggunakan bahasa Inggris. Mereka lebih menyukai bahasa mereka karena itu mereka butuh penerjemah seperti Ethan.

"Apa kabar dengan istrimu?"
Tanya Arin, kemarin saja pria itu baru saja menjadi ayah dari gadis kecil yang cantik.

Padahal Ethan masih muda. Tapi dia jadi ayah yang sangat baik.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang