20:Tawaran lain

96 12 2
                                    


Evans tersenyum kecil ketika melihat Arin berjalan terburu-buru pergi dari lobi.
Wanita itu mungkin berpikir Evans tidak melihatnya. Sayang sekali matanya tak hanya indah tapi juga jeli dan tajam.

"Pantau saja dia dari jauh. Jangan sampai dia terganggu"
Kata Evans ketika sudah berada di mobil.

Pria itu sangat bebal hanya untuk menyuruhnya istirahat. Luka di perutnya membutuhkan lebih banyak waktu untuk pulih. Tapi pekerjaan akan selalu ia utamakan.

"Mr.François mengajak Anda untuk dinner pada Minggu malam, Tuan"

"Aku akan hadiri itu"
Jawab Evans sambil mengecek ponselnya.
Ia akan mendatangi Arin untuk mengambil dompetnya nanti malam. Ia harap wanita itu tidak berusaha menghindarinya.

Ini sedikit berlebihan tapi ia perlu bertanya untuk meyakinkan diri.

"Apa menurutmu aku pria yang buruk Riko?"

Riko yang sedang fokus mengerutkan dahinya dengan banyak pertanyaan dalam otaknya.

"Tidak tuan."
Jawabnya. Tapi Evans sedikit kurang puas.

"Apa aku tidak cocok menjadi seorang suami?"

Riko terdiam dengan wajah terkejut. Pertanyaan yang sangat aneh. Ini pertama kalinya ia bicara sedikit keluar dari hal serius seperti pekerjaan dan itu terjadi saat ini.

"Tidak tuan"

"Tidak berartikan cocok atau sebaliknya?"
Jujur saja Evans masih belum begitu mengerti pola bahasa yang tepat. Ini bukan bahasa aslinya, karena masa remajanya di habiskan di negeri lain.

"Maksudku Anda cocok jadi seorang suami Tuan"

Evans mengangguk. Padahal ia cukup memenuhi syarat sebagai pria berpotensi tapi mengapa Arin seakan ketakutan dan masih berpikir untuk menikahinya.
Evans benar-benar serius ketika ia mengatakan hal itu pada Arin.

Terdengar agak gila, tapi ia pikir wanita seperti Arin hanya akan banyak membawa banyak keuntungan dalam hidupnya.
Pekerjaan keras, mandiri dengan pikiran yang terbuka, wanita modern yang mungkin sedikit keras kepala. Evans bisa mengatasi yang itu, dan lagi Arin cukup cantik, ia unik.
Maka dari itu agak mengherankan mengetahui Arin belum menikah atau punya kekasih. ini seperti firasat baginya, bahwa Arin membuat dirinya tertarik.

Kini ia mengganti judul misi untuk mendapatkan Arin, setelah berhasil bekerja sama dengan wanita itu. Terdengar lebih menantang dari yang sebelumnya.

°°°°

"Hachimm, hachimm"
Hidungnya terasa gatal. Efek banyak serpihan debu ketika pelayan tak sengaja menumpahkan tepung di sekitarnya.

Dia perlu berhati-hati dengan itu.
Arin sudah menghabiskan dua piring tempe goreng di rumah makan. Ia bisa menambah lagi tapi menahannya karena itu tidak baik nantinya.

Bayangan tentang tawaran Evans tak bisa berhenti memutari otaknya. Pria itu senang sekali mengusik pikirnya.

Mana mungkin wanita sepertinya mau ikut pada tawaran yang terdengar seperti jebakan. Setelah bertahun-tahun tak memiliki kekasih yang ia mau hanyalah bertemu pria baik dan saling mencintai, bukan menikah asal begini.

Ia akui Evans pria tampan, kuat, mempesona, kaya, meskipun ia tak tahu dari mana uangnya datang. Tapi hal yang perlu di tegaskan adalah mereka baru bertemu bukan?

Arin saja heran atas keputusan tiba-tiba pria itu. Dan Arin tidak mau mempertaruhkan hubungan sakral sebagai mainan. Ia hanya ingin menikah sekali seumur hidupnya. Semua jelas sampai saat ini.

Perasaan jenuh menyerangnya. Ia menghela nafas panjang karena terlalu memikirkan hal ini.

Arin kemudian pulang setelah kenyang.
Baru keluar dari lift ia terkejut melihat siapa yang menunggu di depan pintu apartemennya.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang