34: Kapsul waktu

62 8 4
                                    

Arin baru pulang dari kantor ia harus segera mengkonfirmasi kehadiran Caya di acara Unicef Minggu depan.

Suara high heelsnya memenuhi lorong ketika Arin berjalan terburu-buru. Seketika Arin berhenti melangkah melihat Evans berdiri di depan pintu apartemennya.

Benar, pria itu pasti datang untuk memberikan penjelasan.
Arin berjalan lebih perlahan ketimbang tadi. Ia menghampiri Evans yang memasang raut tak bisa di jelaskan.

Matanya tetap tajam, tubuhnya tetap tegap, ada beribu sesuatu tersirat yang Arin yakini ada di dalam sana.
Ia merasa hampir tak bisa menahan amarah saat melihat Evans.

Mereka hanya saling diam ketika sudah berhadapan. Arin yang memiliki banyak pertanyaan bingung harus memulainya dari mana.

"Siapa wanita itu?"
Arin akan mulai dari hal paling sederhana.

"Apa kita harus bicara di sini?"

"Iya"
Jawaban singkat dari Arin penuh ketegasan. Tak perduli di manapun mereka sekarang yang Arin inginkan hanyalah penjelasan, sejelas-jelasnya.

"Ia mantan kekasih ku. Angel"

Tenangkan dirimu Arin, ini tidak akan mempengaruhi mu.
Mengapa Arin seperti ini? Karena ia hanya ingin menegaskan bahwa ia tidak jatuh cinta pada Evans.

"Apa yang terjadi?"

Tatapnya lantas berubah, ada raut yang asing di wajahnya.
Evans bahkan tak merasa yang ada di hadapannya adalah Arin yang ia cintai.

"Kau memang harus tau ini Arin-"

Arin membuka pintu apartemennya dan menarik Evans masuk sebelum ucapan pria itu selesai.

Ia menyuruh Evans untuk duduk dan mereka berada dalam percakapan serius saat ini.

"Apa kau ingat kecelakaan lima tahun lalu?"

Arin mengerutkan dahinya, ia berusaha untuk berpikir tapi tak mendapatkan ingatan tersebut.
"Kapan, di mana, dan kenapa?"

Coutdown, Lima Tahun lalu.

Udara yang cukup dingin di bulan April. Hujan baru saja membuat jalanan basah dan hawa yang menusuk.

Evans berkendara sambil menelpon wanita yang sangat ia cintai.

"Aku akan menunggu mu"
Kata Angel, ia dan Evans merencanakan makan malam dan Evans akan melamar Angel di saat itu.

Pria itu tersenyum lebar dengan kebahagiaan tidak bisa di tutupi.

"Baik, kita ketemu lagi nanti. See you dear"

Telpon tertutup setelahnya.

"Tuan, ada yang mengikuti mobil kita"

Evans mengintip dari kaca spion. Riko benar, ada mobil yang mengikuti dari jarak yang cukup dekat.

Ini gawat, ia harus menjemput Angel tetapi wanita itu bisa dalam bahaya jika mobil itu masih mengikuti.

"Hindari mobil itu"
Perintah Evans.

"Dimengerti"
Riko langsung berbelok tajam hingga membuat beberapa kendaraannya berhenti mendadak. Gerakan yang beresiko membahayakan orang lain.

Ia mengambil jalanan yang bisa di siasati untuk kabur dari pengintainya.
Tetapi mobil hitam masih mengikuti dirinya.

Singkat dalam perjalanan mereka. Riko berhasil menghindar dan sampai di rumah Angel dengan baik.

"Apa jalannya macet? Aku menunggu dari tadi"

Evans tersenyum dan terkekeh sambil memeluk Angel.
"I'm sorry darling"

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang