56:the party

92 8 2
                                    


.

.

.

Kumpulan orang-orang kaya. Ia sudah berkali-kali menghadapi orang seperti mereka dengan banyak sekali sifat yang menyebalkan di baliknya

"Miss, Arin selamat datang"
Ali Sadikin muncul dan memberikan senyuman yang hangat. Penyambutan yang sangat ramah, ia merasa tidak pernah salah dalam memilih mitra.

"Terimakasih sudah mengundang ku tuan. Acaranya bagus sekali"
Memuji pemilik acara adalah bagian dari kesopanan.

Ali tertawa senang sampai pipinya berkeriput. Ia punya jenggot dan kumis yang tebal, sebagai sudah berubah menjadi putih itu tanda usia, hal yang wajar.

"Silahkan, silahkan"
Ia seakan menyuruh Arin segera menikmati pesta.
Beginilah orang kaya, mereka berpesta seperti manusia yang membutuhkan mandi.

Ajang lain untuk mencari kepopuleran atau memperkenalkan produk maupun perusahaan mereka.

Atau mungkin sebagian kelompok yang sedang memamerkan mobil terbaru apa yang mereka pakai, berapa langka perhiasan yang menggantung atau anak-anak mereka.

"Miss Arin, oh salah sekarang sudah menjadi Madame Guillox"

Suara pria dan Arin menoleh, meskipun sedikit terkejut ia hanya membulatkan matanya.

"Alex?"

Pria itu tampak jengah dan kesal, entah mengapa ada pria itu di sini. Kapan terakhir kali mereka bertemu? Apa kabarnya dengan Angel?

"Aku pikir seharusnya kau tidak ada di sini"
Arin berkata demikian setelah menatap Alex dari atas sampai bawah berulang kali.

Lihatlah, bunga-bunga indah dan dekorasi menyenangkan seperti surga itu. Sedangkan Alex nampak seperti mayat yang keluar dari peti mati. Pakaiannya yang tidak ada keceriaan sama sekali, serba hitam.

"Memang tak seharusnya aku di sini, aku hanya berusaha membuat Angel senang"
Jawabannya, sambil berpose seperti orang yang sudah muak dan bosan.

"Dia juga di sini? Apa kabarnya baik? Kau sudah tau pelakunya?"
Sedikit penasaran saja.

"Of course she's the reason I'm here, anak pria tua bernama Ali itu adalah teman kuliahnya"

Arin mendapatkan jawaban dan hanya mengangguk mengerti.

"Aku masih tak menyangka jika orang yang berniat membunuh Evans adalah orang yang sama dengan yang ingin Angel lenyap"

Arin langsung menatap Alex dengan raut yang serius.
"Cassano"
Gumamnya, suaranya tetap terdengar oleh Alex.

"Kau tau mereka?"

"Mereka?"
Arin tak mengerti arti dari maksudnya mereka? Apa yang terjadi sebenarnya. Cassano bukan satu orang?

"Nampaknya Evans tidak memberi tahu apapun"
Ia menatap langit sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hmm, harus aku akui meskipun ini mengejutkan. Cassano itu sekelompok, bukan hanya seorang saja. Daann, ayahku salah satu yang membayar mahal agar Evans lenyap"

Arin menatap tajam pria itu, bicara apa dia? Jadi yang ada di hadapannya adalah seorang musuh?

Alex begitu terkejut melihat Arin yang memberikan tatapan waspada dan tatapan seakan begitu menusuk.

"Wowowoo, jangan salah paham. Aku tidak melakukan apapun, aku tidak terlibat, sungguh!"
Ia sampai mengeluarkan dua jari menunjukkan sumpah.

"Jadi kenapa tak kau hentikan ayahmu!"
Suaminya dalam bahaya tahu. Sekarang ia tahu jika ayah Alex juga adalah musuhnya.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang