3...

425 26 0
                                    

RION WATANABE

___________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_________________________
__________


Setelah kejadian malam itu Arin memilih pulang ke rumah. Ia jadi khawatir mengidap skizofrenia setelah bertemu dengan orang yang sama dua kali. Sedikit berlebihan memang, tapi ia merasa aneh.

"Ayolah Arin, ini hanya kebetulan."
Kepalanya terasa sedikit pusing sedangkan saat ini ia sedang mengobrak abrik isi surat.

Ia membaca judul surat sebelum membukanya, beberapa surat tidak begitu penting untuknya.
Hanya sekedar tagihan dan pajak yang perlu di bayar.

Tapi Arin tertarik pada sebuah surat yang berbeda. Surat itu terlihat sangat menggemaskan dengan amplop warna pastel yang membungkusnya.
Ia sempat berpikir surat itu salah alamat. Arin lantas membukanya, hal pertama yang tertulis sebuah kata "halo"

Kemudian dibaris selanjutnya.

Baju biru, celana jins, tas hitam dan boneka beruang.

Arin sedikit mengerutkan dahinya saat membaca itu.

Tolong temui aku, ada monster di rumah sakit. 10.00

Hanya itu yang tertulis, Arin lantas meletakkan surat itu di dalam laci. Mungkin itu adalah surat dari salah satu pasien di rumah sakitnya.

Caya sahabatnya juga sering mendapatkan surat seperti itu dari anak anak kecil. Walaupun surat yang Caya terima lebih berkarakter.

Semalam Caya terus menerus menayangkan apa yang terjadi padanya setelah menabrak Laki-laki itu.
Arin membungkam mulutnya, ia tidak berniat membicarakan hal yang ia sendiri tak tahu mengapa terasa aneh.
Dan temannya menjadi sangat cerewet karena itu, Caya terus bicara karena penasaran.

Olivia datang pada pukul yang sama. Arin menghela nafas melihat wanita yang anggun itu, bagaimana ia bisa terlihat sangat cantik dan menarik.
Bagaimanapun, Arin juga tahu ia cantik dan menarik. Tapi ia masih bertanya-tanya mengapa tak ada satupun laki-laki yang tertarik dan ingin mendekati dirinya.

"Miss, bahan tekstil sudah sampai di pelabuhan dan akan di kirim pukul sembilan nanti"

Arin hanya mengangguk kecil, bagus sekali mereka berusaha bersaing dalam hal ini.
Dia memang hanya memiliki perusahaan kecil namun, dalam pengoperasian yang dilakukan bukan hanya berhenti pada tahap pemasaran regional.
Itulah keuntungan bersahabat dengan Caya yang akan selalu mempromosikan perusahaannya. Mereka adalah mitra terbaik, benar-benar saling menguntungkan.

Meskipun Caya sedikit aneh dan tidak waras, dia banyak mengetahui konsumen yang tepat dan cerdik. Terlepas dari sikap yang suka membuat masalah dan ceroboh.

Di hari ini Arin harus memantau pekerjaan di lapangan. Dia melakukan ini setiap dua minggu sekali, ada banyak sekali alasan mengapa ia tidak selalu ada di kantor.
Arin mampir di sebuah cafe modern, ia belum sempat sarapan dan akan membeli beberapa makanan sebelum berangkat ke kantor.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang