38: Jason?

73 8 0
                                    


"Jadi si brengsek itu tak mau mengakui kalau Jason anaknya?"
Caya memukul meja karena kesal.

Mereka akhirnya begadang untuk mengobrol. Arin terpaksa menceritakan semuanya pada Caya.

"Kau harus memberikan jepupade pada Evans. Akan ku bantu nanti"

"Memang sudah lama aku mau melakukannya"
Kata Arin, tapi ketika melihat Angel ia jadi merasa penasaran.

Mengapa wanita itu terlihat takut dan bergetar saat bicara padanya.
Arin perlu mencari tahu lebih lanjut tentang Angel.

"Tapi mami, aku belum pernah bertemu dengan anak Angel selama ini. Aku memang tau Angel punya anak. Tapi aku belum pernah bertemu dengan Jason sama sekali. Aku kira Angel punya anak di luar nikah atau apa"

"Selama ini hubungan mereka gimana?"

"Hmm, setahuku. Mereka sudah tidak bertemu selama lima tahun belakangan ini. Terus, Alex ketemu lagi sama Angel baru di tahun ini"

Sedikit terkejut? Itu yang memang terjadi pada Arin. Semakin di bahas lebih dalam semakin ia di berikan kejutan.

"Jadi Angel yang mengurus anaknya sendirian selama ini"
Itu kesimpulannya, lantas siapa lagi jika bukan Angel. Kelihatannya dia menjadi seorang singel parents.

"Tapi ada sesuatu yang harus aku lakukan sebelumnya"

"Apa?"

Caya hanya tersenyum dan tidak mau memberitahu Arin dulu.

Besoknya.

Evans baru selesai mandi, ia menatap bekas luka yang ada di perutnya.
Ini sudah lebih dari dua bulan tetapi luka itu masih terasa nyeri, masih ada trauma di kulit sekitar luka.

Arin, bagaimana nasib pernikahan mereka?
Entah bagaimana lagi harus ia jelaskan.
Ia berada dalam keadaan yang rumit, ia berharap amarah Arin sudah tidak membara seperti kemarin.

Suara bell di pintunya terdengar. Evans bertanya-tanya, apakah itu Riko atau satria.

Evans berjalan sambil menggenakan kaus warna putih. Bell tak berbunyi satu kali saja tapi berkali-kali seakan orang di depan pintu tidak sabaran.

Evans membuka pintu karena kesal.

"Miss Gerbera?"

Ya pasti Evans terkejut dengan kedatangan Caya.

"Hai penjahat"
Sapa Caya, wajahnya benar-benar menampakkan ketidaksetujuan. Tapi Caya berusaha tampil elegan dan profesional.

"Untuk apa kau datang kemari, dan darimana kau tau ini tempat tinggal ku?"
Tanya Evans heran, pria itu bahkan sampai menoleh ke luar untuk melihat apakah Caya bersama Arin atau yang lain.

"Kau pikir aku bodoh?"

"Sayang sekali kau memang terlihat seperti itu"

Caya membuka mulutnya kemudian menyinyir, ia mengangkat tangan dan mengancam akan memukul Evans.

Tapi Caya tak mau melakukan kekerasan sekarang ia tersenyum penuh arti. Evans bersikap tidak sopan dan pria itu perlu di ancam.

"Aku tau kau akan menikah dengan Arin, entah kenapa dari banyaknya pria dia memilih satu yang buruk seperti mu"

Evans ikut menyeringai, ucapan itu mengesalkan tapi ia perlu lihat apa yang ingin Caya katakan.

"Aku tidak merestui mu tau!"
Ungkap Caya dengan kesal, dia memang tampan tapi jangan lupa dengan uang yang Evans ambil dari darinya. Tapi bukan hanya itu saja alasannya.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang