29: deal

96 9 5
                                    


Arin hanya menemukan buah dan beberapa bahan makanan mentah di dalam kulkas. Ia berpikir akan meminta Evans membelikannya sesuatu. Pria itu sudah seharusnya bertanggung jawab atas isi perutnya juga bukan.

Akan Arin anggap pria itu adalah pelayannya agar Evans tak menganggap Arin sangat membutuhkannya.
Dia mengambil anggur dan mulai memakannya. Ia sedang memikirkan makanan yang enak untuk menjadi makan malam.

"Kau lapar?"
Evans melihat Arin dari pintu dapur.
Sedangkan para anak buah kembali pada tugasnya. Sebenarnya Evans memang mencari-cari keberadaan Arin setelah tak menemukan wanita itu di kamarnya. Ia pikir Arin kabur karena masih ketakutan dan sekarang ia lega melihat Arin hanyalah kelaparan.

"Iya, belikan aku sesuatu yang bisa di makan dan lezat, aku mau piza"
Perintah Arin, ia seperti bos sekarang bukan?

Evans berjalan mendekat sambil menatap jam di tangannya.
"Ini belum waktunya makan malam. Apa kau mau cemilan?"

"Kau pikir harus menunggu waktu jika ingin makan? Aku kelaparan saat ini"
Cerca Arin, pria ini terlalu disiplin waktu.

Evans membuka kulkas dan melihat isinya. Pria itu lantas menghampiri salah satu lemari untuk mengambil apron. Ia melepaskan jasnya dan menggulung kemejanya lantas menggunakan apron tersebut.

"Kau yang akan masak?"
Tebak Arin agak ragu.

"Ini lebih baik dari pada kau kelaparan"
Kata Evans kemudian mengeluarkan sayur dan bahan lain dari dalam sana.

Ya baiklah, ia biarkan pria itu menjadi chef untuk makanannya.
Tangannya yang lihai, mulai memotong bawang sedangkan kompor dengan pan di atasnya sudah di hidupkan.

"Kau bisa memasak?" Arin merasa kagum melihat keahlian pria ini.

"Aku menjadi Chef selama dua tahun di itali. Caviar dan sarang burung walet berharga miliaran di kawasan Eropa. Yah kau tau apa yang aku lakukan dengan benda itu"

Wah, Arin tidak menyangka pria ini pandai dalam banyak hal termasuk menyamar.

Aroma bawang yang di tumis lantas menyapa indranya. Ia punya banyak rempah yang di masukan ke dalam sana.

"Jadi untuk apa kau berusaha sekeras ini? Maksudku melakukan apapun demi uang? Apa yang ingin kau capai?"
Pasti ucapan itu akan timbul, berbagai pertanyaan mengapa Evans terlihat merasa tak pernah cukup pada pekerjaannya.

Pria itu mengaduk isi pan dengan mata yang menatap ke atas, ia sedang berpikir.

"Itu menyenangkan, di saat kau merasa hidup mu tak berguna dan kau ternyata bisa melakukan sesuatu yang membuat mu puas. Itulah yang aku lakukan"
Yap itu sebagai pelampiasan untuk Evans, karena ia merasa hidupnya kurang menantang.

"Pernahkah kau berhenti melakukan kegiatan gila ini?"
Arin masih terus memakan buah anggur dan buah lainnya tapi mulutnya terus bertanya.

"Saat aku bersama Angel, dia adalah pengalih duniaku"
Evans harus mengeruk lagi luka lama. Tapi itu adalah sebuah kenyataan, pada Arin ia akan katakan semua. Karena siapa tau wanita ini akan berubah pikiran dan mau menikahinya.

Suasana yang secara cepat menjadi canggung, Arin kini berhenti mengunyah, ada perasaan tidak enak saat mendengar jawaban Evans.
Apakah artinya Angel adalah wanita yang sangat berarti?

Hanya suara desis masakan yang menengahi mereka.

"Kau sendiri? Mengapa tak menikah? Umur mu sudah matang bukan?"
Evans berhasil memecah keheningan yang menganggu. Dia tidak membiarkan kecanggungan ini menguasai udara.

"Karena aku sedang menunggu orang yang bisa membuat ku merasa berharga"
Karena selama ini ia hanya selalu terfokus pada urusan dan pekerjaannya Arin sampai lupa dengan urusan pribadinya.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang