77: awake

55 5 0
                                    

Di malam ke 5 menunggu Evans yang terbangun dari ketidaksadarannya. Ia merasa sedikit gelisah dan sedih, nyatanya ia memang membenci ketika harus menunggu sesuatu yang menegangkan seperti ini. Tapi Evans selalu pengecualian. Ia harap suaminya tidak amnesia karena pukulan keras dari anak buah Ali.

Sampai saat ini pria tua itu masih menjadi trending topik di media. Bahkan pemberitaan tentang dirinya yang telah menikah seakan tenggelam dan terabaikan.

Ada kabar baru jika kecelakaan yang terjadi memiliki sebuah kejanggalan besar. Terutama ketika seluruh cctv menuju jalan tersebut terlihat sengaja di rusak. Tapi sejauh ini, dirinya ataupun Evans tidak pernah sedikitpun masuk dalam berita tersebut bahkan atau bahkan masuk akal untuk di curigai. Banyak sekali teori yang muncul di kalangan masyarakat dan media, tapi beruntung tak ada satupun teori yang menyangkut pautkan dirinya dan Evans.

"Ma'am Nona Olivia bilang Anda harus menghadiri rapat kantor" Kata satria saat masuk ke dalam ruangannya.

"Okey, makasih Satria"
Arin kemudian berdiri sambil meraih tasnya. Sejauh ini juga, dia hadapan seluruh karyawannya Arin tidak pernah menunjukkan wajah sedih atau muram.
Hanya ketegangan, elegan, dan pesona darinya. Sedih? Sikap profesional sudah membunuh itu saat di kantor. Tapi ketika ia kembali ke rumah sakit rasa itu kembali tumbuh subur seperti rumput liar.

Ia merindukan Evans meskipun bertemu setiap hari. Ia merindukan tatapannya juga senyumannya, perhatiannya, masakan pria itu. Semua, andai ia bisa mengatakan itu saat Evans bangun.

Pertemuan kantor yang Olivia katakan tadi ternyata hanyalah kejutan dari para karyawan untuk dirinya karena kabar pernikahan yang sudah menyebar. Mereka akhirnya makan bersama dan Arin pulang secepatnya karena alasan ada janji lain.

Ia merasa sedikit heran mengapa lampu apartemennya tak hidup padahal tak ada berita pemadam dan lagi, lampu lorong menyala. Baru berjalan beberapa langkah tiba tiba sesuatu menghantamnya. Dan di saat itu Arin merasakan seseorang mencekiknya. Arin sempat panik sebelum akhirnya menghantam orang itu dengan pajangan meja sampai pecah.

Suara berang pecah tersebut terdengar keras. Saat orang itu yang ia duga adalah seorang pria memegangi kepalanya yang sakit Arin langsung melayangkan pukulan pada rahangnya dan berlari keluar sambil berteriak.

Di luar ia melihat Caya dan pria yang tersungkur di lantai yang mungkin habis ia pukuli juga seseorang lain dengan baju serba hitam dan wajah tertutupi.

"Arin apa yang terjadi?"

"Panggil Riko" kata Arin  sambil berlari menuju lift.

Karena Caya yang berlari di belakang beberapa pria yang menyerang mereka mengejar Caya yang berlari.

Arin sempat hendak kembali untuk membantu Caya namun sambil menyerang balik pria itu ia berteriak.

"TIDAK PANGGIL RIKO CEPATTTT!"

Arin tetap berlari namun Caya kembali berseru.
"ARIN JANGAN KEMARI PANGGIL RIKO"

Arin mengerti hal itu terpaksa langsung turun dan memanggil mereka. Ia menuruni lift depan wajah ketakutan takut sesuatu terjadi pada Caya.

Di depan pintu apartemennya terlihat ada satria dan langsung berlari mendekati Arin merasa sesuatu tak beres terjadi.

"Tolong Satria ada orang di penthouse ku"  teriak Arin bahkan sebelum mereka berhadapan.

Satria memutar balik dan berteriak.

"Bang Riko darurat bang"
Saat itu Satria langsung berlari menaiki tangga darurat di susul beberapa orang keluar dari apartemen mengikuti Satria.

Riko menghampiri Arin untuk menanyakan keadaan tapi ia tak punya waktu untuk itu.

"Tolong selamatkan Caya!" Katanya dan mereka segera naik ke atas.
Saat di atas para pria asing itu sudah tertangkap oleh satria dan beberapa anak buah lain. Dan Caya terlihat terluka bahkan bibir wanita itu robek.

On Business 21+ [ Arin & Evans ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang